China Selalu Bikin Repot Amerika

Perang Teknologi China dan Amerika Serikat (AS).
Sumber :
  • Asia Times

VIVA – Senjata antisatelit China yang sudah ramai sejak 15 tahun silam kini mengancam hegemoni AS di luar angkasa. Senjata canggih yang tersimpan rapih di pangkalan militer China ini mampu menghancurkan satelit dengan menembakkan sinar laser yang berpotensi membutakan susunan sensor halus.

China juga memiliki pasukan siber yang diklaim dapat memutus kontak Departemen Pertahanan AS atau Pentagon dengan satelit yang melacak pergerakan musuh di orbit Bumi, serta menyampaikan pesan di antara personel dan memberikan informasi untuk target yang disasar.

Tak pelak, Presiden AS Joe Biden gundah gulana. Perang bawah tanah kedua negara ini sedang berlangsung. Biden harus memutar otak bagaimana menghadapi ancaman nyata yang ditimbulkan China terhadap Angkatan Luar Angkasa AS (US Space Force) di antariksa.

Di bawah pimpinan bekas anak buah Barack Obama tersebut, AS belum membuat gebrakan untuk menggerakkan Angkatan Luar Angkasa, yang merupakan cabang militer baru warisan Donald Trump. Biden pun mendulang kritik lantaran US Space Force sangat mahal, kebijakan yang keliru, serta mengarah ke perlombaan senjata baru yang lebih berbahaya.

“Ada kesadaran dari awal bahwa sistem keamanan ruang angkasa kita (AS) cukup rentan. Pemerintahan Biden akan mengeluarkan lebih banyak dana untuk pertahanan di luar angkasa," kata Pejabat Pentagon Greg Grant, seperti dikutip dari situs NY Times, Rabu, 8 September 2021.

Perlindungan menyeluruh harus dilakukan untuk menegaskan kehadiran Amerika di orbit Bumi, sehingga tidak peduli seberapa mematikannya serangan musuh akan berfungsi cukup baik bagi militer AS untuk memproyeksikan kekuatan mereka di belahan dunia lain sebagai upaya serangan balik yang masif.

Amerika Serikat dan Sekutu NATO sudah mendapuk China dan Rusia sebagai musuh bersama. Menteri Pertahanan AS Lloyd J Austin mengaku akan mempertahankan persenjataan jenis laser untuk mempertajam daya saing negaranya dalam melawan kekuatan militer China yang semakin kuat.

Ia juga menyerukan langkah baru dalam membangun platform pertahanan berbasis ruang angkasa, dan sudah berulang kali menyebut ruang angkasa sebagai domain perang. “Di atas sana (luar angkasa) kini sudah menjadi arena persaingan kekuatan besar. China adalah ancaman paling signifikan di masa depan," tegas Austin.

Sebelumnya, China berpotensi besar mendaratkan taikonot - sebutan astronot untuk mereka - pertamanya di Bulan pada awal 2030. Negeri Tirai Bambu memang ingin mengirim manusia ke permukaan Bulan. Laporan ini muncul setelah Misi Artemis NASA untuk mengembalikan manusia ke Bulan pada 2024 ditunda tanpa batas waktu.