Ini Bedanya Masker FFP2, N95, dan KN95
- dw
Sejak awal pandemi COVID-19, banyak negara di dunia telah mengeluarkan mandat penggunaan masker di ruang publik. Sama halnya di Jerman, setiap orang harus mengenakan pelindung tersebut saat berbelanja, memasuki gedung, dan menaiki transportasi umum.
Bayern menjadi negara bagian Jerman pertama yang 'melangkah' lebih jauh. Pemerintah negara bagian telah memutuskan bahwa masker sederhana tidak lagi cukup untuk melindungi diri dari infeksi COVID-19.
Masker yang harus digunakan warga adalah masker jenis FFP2 atau di negara lain biasa dikenal sebagai KN95, N95 atau P2. Saat ini negara bagian Jerman lainnya sedang bersiap untuk menerapkan persyaratan serupa untuk penggunaan masker khusus.
Masker kain
Peraturan yang wajib ditaati seluruh warga Jerman saat ini adalah menggunakan masker sederhana sebagai syarat dasar di sebagian besar area publik. Masker sederhana yang dimaksud adalah sepotong kain yang menutupi seluruh mulut dan hidung. Bahkan bandana atau syal juga memenuhi syarat.
Saat Anda menghembuskan napas, kain tersebut menghambat aliran udara dan membatasi penyebaran kuman. Upaya ini secara signifikan sudah mengurangi risiko infeksi terhadap orang lain.
Oleh karena itu, logika di balik persyaratan penggunaan masker adalah jika semua orang mematuhinya, risiko infeksi di masyarakat akan menurun. Masker kain harus sering diganti dan dicuci dengan air panas untuk mencegah virus bertahan hidup.
Masker bedah
Masker jenis bedah setara dengan masker profesional, karena terdiri dari jaringan tipis sekali pakai dan serat kapas. Masker ini sering digunakan oleh dokter dan perawat, terutama saat menangani pasien di meja operasi agar terhindar dari infeksi kuman dan patogen.
Dalam proses operasi, dokter harus mengganti masker setidaknya setiap dua jam. Jika masker jenis ini dipakai berulang kali, efektivitasnya akan hilang dengan cepat.
Jika pemakai masker batuk atau bersin, maka sebagian besar tetesan dari mulut dan tenggorokan tersangkut di masker tersebut. Namun, perlindungan ini hanya bekerja jika masker diganti secara teratur dan dibuang secara higienis, dan aman. Selama pandemi, masker berkualitas filtrasi lebih baik telah menjadi standar praktis profesi medis.
Seberapa besar perlindungan yang diberikan masker?
Virus biasanya masuk ke tubuh melalui mulut atau mata, namun tangan juga memainkan peranan penting.
Meskipun kurang efektif dalam mencegah masuknya virus, masker bedah berfungsi sebagai pengingat agar si pemakai tidak menyentuh hidung dengan tangan saat merasakan gatal.
Setengah masker FFP menawarkan perlindungan yang lebih baik
Selain masker bedah, ada juga masker sekali pakai yang memiliki filter lebih tebal yang biasa digunakan para pekerja di lingkungan berdebu atau penuh dengan aerosol. Masker ini biasanya terbuat dari selulosa yang ditekan kuat dengan elemen filter dan katup pernafasan.
Di Uni Eropa, jenis masker ini dibagi menjadi tiga kelas perlindungan FFP (filtering face piece).
FFP1
Meskipun masker dengan tingkat perlindungan FFP1 masih lebih baik daripada masker bedah, masker tersebut tidak menawarkan perlindungan terhadap virus. Masker ini ditujukan bagi tukang kayu, misalnya, yang bekerja dengan gergaji dan sistem ekstraksi vakum. Para pekerja konstruksi memakai masker ini agar tidak menghirup debu.
FFP2 / N95 / KN95
Masker FFP2 (setara dengan standar internasional lainnya yang dikenal sebagai masker N95, KN95, dan P2) menjadi semakin lazim digunakan untuk perawatan lansia dan panti jompo. Masker ini memberikan tingkat perlindungan tertentu terhadap virus bagi pemakainya, tetapi tidak boleh digunakan saat bersentuhan dengan pasien yang sangat menular.
Pada gelombang pertama virus corona tahun lalu, Robert Koch Institute Jerman mengumumkan bahwa staf medis dapat mengenakan masker FFP2 jika FFP3 tidak tersedia.
FFP3 / N99 / EN149 / P3
Hanya masker FFP3 (kira-kira setara dengan standar internasional seperti N99, EN149, dan P3) yang secara efektif melindungi pemakainya dari tetesan aerosol, molekul protein, virus, bakteri, jamur dan spora, dan bahkan dari debu yang sangat berbahaya seperti serat asbes. Tidak seperti masker bedah sederhana, masker filter berkualitas tinggi tersebut dapat melindungi pemakainya - termasuk dari patogen yang sangat menular seperti campak atau tuberkulosis.
Masalah penggunaan wajib masker FFP2
Persyaratan hukum memakai masker FFP2 di pasar swalayan atau angkutan umum dapat menyebabkan berbagai macam masalah, baik dalam pelaksanaan maupun pengendaliannya.
Meskipun jelas bahwa masker FFP2 memberikan perlindungan lebih baik daripada masker bedah atau kain, masker ini hanya berfungsi secara maksimal jika digunakan dengan benar.
Semua masker semacam itu bisa dibuang. Bahkan jika memungkinkan untuk mensterilkannya dalam oven pada suhu 80 derajat Celcius, masker tersebut hanya dapat digunakan kembali beberapa kali.
Institut Federal Jerman untuk Keselamatan dan Kesehatan Kerja (BAUA) misalnya, menekankan bahwa penggunaan kembali dan hanya dapat diindikasikan atau digunakan jika terjadi "kekurangan akut."
Kebanyakan orang mungkin tidak akan membeli masker baru setiap kali mereka bepergian dengan kereta, bus, atau pergi berbelanja - terutama karena harga masker berkualitas sudah mahal lantaran permintaan meningkat dan stok terbatas.
Persyaratan kesehatan dan keselamatan kerja
Menurut aturan kesehatan dan keselamatan kerja yang berlaku di Jerman, karyawan yang sehat hanya boleh memakai masker selama 75 menit, setelah itu mereka berhak istirahat selama 30 menit.
Orang dengan kondisi khusus atau kecacatan yang sudah ada sebelumnya, seperti penyakit pernapasan atau menurunnya fungsi paru-paru juga sering kali tidak dapat memakai masker penyaring partikel karena alasan medis.
Pendekatan lain untuk masker yang lebih baik
Selain tiga jenis masker bersertifikat FFP, ada konsep lain untuk masker yang memiliki efek antivirus. Namun, benda ini tidak akan memenuhi persyaratan peraturan formal jika masker FFP2 menjadi sebuah kewajiban di ruang publik.
Salah satu gagasan tersebut adalah memanfaatkan tembaga, material yang digunakan rumah sakit, seperti pegangan pintu yang dimaksudkan untuk meminimalkan infeksi. Salah satu produsen memproduksi masker dengan jaring tembaga halus sebagai bahan filter.
Pendekatan lain yang digunakan di rumah adalah dengan menyemprotkan asam sitrat pada masker. Phil Sadler, pakar teknik mesin di Arizona Controlled Environment Agricultural Center mempromosikan ide ini di YouTube.
Sudah lama diketahui bahwa asam sitrat dapat melindungi diri dari virus norovirus, yang menyebabkan penyakit lambung dan usus. Misalnya, menggunakan jus lemon saat makan kerang bisa melindungi seseorang dari infeksi norovirus.
Produsen produk kebersihan AS Kimberly-Clark bereksperimen dengan jaringan wajah antiviral berbasis asam sitrat pada 1980-an dan 1990-an dengan tujuan untuk melawan flu dan flu musiman.
Sadler memberi tahu DW bahwa 41 tahun yang lalu dia juga berpartisipasi sebagai relawan dalam proyek penelitian terkait di McMurdo Antarctic Station. Selama 30 tahun terakhir, asam sitrat telah digunakan dalam masker standar N95 yang diproduksi di AS.
Perlindungan terbaik: Jangan lupa mencuci tangan
Semua masker dan pelindung wajah lainnya tidak banyak gunanya jika prinsip higienis yang paling penting dilakukan justru diabaikan.
Bagaimana dengan masker gas air mata?
Demonstran sering mengenakan berbagai macam masker pelindung - dari masker bedah sederhana hingga masker dengan filter.
Masker bedah mungkin hanya efektif untuk menyembunyikan identitas para demonstran. Namun, ketika polisi menembakkan granat gas air mata yang menyemprotkan aerosol, hanya filter FFP3 yang mampu memberikan perlindungan ekstra. Untuk mencegah gas air mata masuk ke mata, kacamata pelindung kedap udara mutlak diperlukan. (ha/rap)