LIPI Kembangkan Alat Tes COVID-19, Diklaim Lebih Akurat
- VIVA / Reza Fajri
JAKARTA – Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia atau LIPI, Laksana Tri Handoko, memaparkan sejumlah perkembangan penelitian yang telah dilakukan selama pandemi COVID-19.
Salah satunya, pelatihan intensif 808 Tim Pemeriksa COVID-19 gelombang pertama yang telah dilaksanakan pada 31 Maret hingga 20 Mei 2020.
Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi individu dalam menangani Virus SARS-CoV2 sehingga dapat bekerja sesuai dengan kaidah biosafety dan biosecurity yang baik. ”Pelatihan gelombang kedua rencananya akan dimulai awal Juli mendatang,” kata dia, dalam jumpa pers virtual, Jumat, 26 Juni 2020.
LIPI juga terus mengembangkan riset untuk mendapatkan data spesimen dan digital dasar COVID-19 berbasis sampel uji Polymerase Chain Reaction (PCR).
Handoko menjelaskan bahwa pihaknya kini tengah melakukan pemetaan whole genome sequence virus SARS-CoV2 dengan teknologi nanopore, mengembangkan alat kesehatan seperti alat terapi oksigen bertekanan tinggi, UVC helmet, hand sanitizer, dan disinfektan, mengembangkan alat tes jenis baru, hingga mencari kandidat obat Covid-19 dari koleksi ekstrak senyawa keanekaragaman hayati lokal.
Kembangkan alat tes RT-LAMP
Alat tes jenis baru yang tengah dikembangkan LIPI diberi nama Reverse Transcription Loop-mediated Isothermal Amplification Turbidimetry (RT-LAMP). Handoko mengklaim jika RT-LAMP memiliki kemampuan setara dengan uji PCR dan dapat menggantikan rapid test.
"Ini akan lebih bisa diandalkan dan akan menjadi pengganti rapid test. Karena, kalau rapid test agak menipu lantaran perlu tujuh hari untuk menunggu terbentuk antibodi," papar Handoko.
Pasalnya RT-LAMP tidak harus menunggu antibodi IgM dan IgG terbentuk selama tujuh hari layaknya rapid test karena yang diperiksa RT-LAMP bukanlah antibodi. Dengan demikian, deteksi bisa lebih cepat dilakukan.
Kelebihan lainnya, RT-LAMP lebih praktis karena hanya memerlukan kolam air dengan suhu 60 derajat Celsius dan bisa dilakukan di mana saja. Waktu reaksinya pun terbilang cukup singkat, yakni 1 jam, lebih cepat dibanding uji PCR yang membutuhkan waktu 4 jam ekstraksi.
Handoko mengatakan bahwa RT-LAMP telah digunakan untuk medeteksi virus influenza, MERS, dan SARS. Ada pun reagen untuk reaksi RT LAMP tersedia dengan harga lebih murah sekitar Rp10 juta untuk 100 reaksi.
"Harapannya bulan Agustus atau September uji validasi dan optimalisasi sudah selesai," imbuh Handoko.
Banyak hikmah
Lebih lanjut, Handoko mengatakan meski pandemi Virus Corona membuat semua kegiatan riset lapangan terhenti, namun pandemi ini memberikan hikmah dan tantangan baru kepada peniliti-peneliti LIPI untuk memberikan ide-ide mereka dalam menangani krisis ini.
“Dan yang lebih penting semuanya sebenarnya membuat kita memiliki starting point yang sama dengan kompetitor kita di luar negeri. Vaksin adalah contoh paling mainstream,” imbuhnya.
Pandemi ini pun juga dinilai Handoko dapat meningkatkan kerja sama peneliti di tingkat global.
“Kita relatif mudah berkolaborasi. Seperti mengenai kolaborasi vaksin baik dengan China maupun Korea Selatan sekali pun itu kalau dulu hal seperti itu sulit teradi. Kalau ingin bergabung harus bayar lisensi. Sekarang semua itu tanpa lisensi. Istilahnya itu vaksin global. Itu hal hampir yang tidak terbayangkan khususnya untuk riset dunia kesehatan. Itu kan sangat tertutup, sekarang jadi sangat cair,” katanya.
Selain itu, pandemi juga membuka mata pihak industri dan swasta untuk berkerja sama dengan para peneliti untuk merealisasikan hasil penelitiannya yang sebelumnya kerap tidak terwujud.
Hingga saat ini, LIPI sedikitnya telah melakukan 3.512 uji virus SARS-CoV2 untuk memetakan genome di Laboratorium Biosafety Level-3 LIPI di Cibinong, Jawa Barat. Sebelumnya, LIPI juga telah berhasil memproduksi alat terapi oksigen bertekanan tinggi pertama di Indonesia yang mampu mencegah pasien COVID-19 tidak sampai gagal nafas dan tidak harus diinkubasi menggunakan ventilator invasif. rap/yp