Kepala Program Luar Angkasa Rusia Meninggal karena COVID-19

Kepala Program Luar Angkasa Rusia, Yevgeny Mikrin.
Sumber :
  • Space.com

VIVA – Kepala Program Luar Angkasa Rusia, Yevgeny Mikrin, meninggal dunia setelah diagnosa akibat Virus Corona COVID-19. Berita duka cita ini disampaikan oleh Badan Antariksa Rusia atau Roscosmos pada Selasa, 5 Mei lalu.

Meski tidak memberikan rincian penyebab meninggalnya Mikrin, tapi pria yang lahir pada 15 Oktober 64 tahun silam ini, dinyatakan positif terinfeksi Corona setelah dites pada bulan lalu.

"Kepergiannya merupakan kerugian yang tidak bisa tergantikan di industri luar angkasa Rusia. Selamat jalan ilmuwan hebat," kata Direktur Jenderal Roscosmos, Dmitry Rogozin, seperti dikutip dari situs Space.com, Kamis, 7 Mei 2020.

Mikrin tidak menunjukkan gejala terkena Virus Corona. Ia pun berinisiatif melakukan isolasi diri di rumah. Mikrin diketahui telah bekerja untuk Roscosmos sejak 1981.

Sebelum didiagnosa, ia menghadiri peluncuran pesawat luar angkasa Soyuz pada 9 April lalu yang membawa astronot NASA dan dua kosmonot Rusia ke Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS).

Kemudian, pada 28 April, Direktur Jenderal Roscosmos Dmitry Rogozin meyakini jika karantina terhadap kru sebagai antisipasi menangkal Corona berjalan sukses. Ia juga sangat yakin jika para astronot dan kosmonot merasa baik-baik saja.

Hal senada juga diungkapkan Badan Penerbangan dan Antariksa atau NASA. Mereka menyatakan keyakinan penuh atas kesehatan para astronot dan kosmonot setelah dilakukan karantina sebelum mereka terbang ke ISS.

"Para dokter terbaik berjuang untuk hidupnya selama beberapa minggu. Semua cara dan metode sudah digunakan. Tapi sayang, 'penyakitnya ada di atas angin'," kata Rogozin dalam pernyataan resminya tentang kematian Mikrin.

Menurut data yang dibagikan oleh Rogozin sebelum kematian Mikrin diumumkan, Roscosmos telah mendeteksi 173 karyawannya didiagnosa COVID-19 dengan enam kematian hingga 30 April. Lalu, pada 6 Mei, Rusia memiliki lebih dari 165 ribu kasus positif Virus Corona yang telah menewaskan lebih dari 1.500 orang.