Jangan Perkosa Powerbank kalau Mau Langgeng
VIVA – Saat ini powerbank menjadi aksesoris ponsel yang wajib dibawa ke mana saja, terutama bagi mereka yang bekerja secara mobile seperti driver ojek online (ojol). Tapi sayangnya belum banyak yang tahu bagaimana cara merawat gawai atau gadget satu ini dengan baik dan benar. Bahkan, cenderung seperti 'diperkosa' alias dipakai terus tanpa istirahat.
Product Manager Recci, Dendi Hartedi, mengatakan konsumen harus membeli powerbank yang sesuai kebutuhan. Contohnya saja jika ponselnya tidak mendukung wireless charger, maka jangan membeli jenis barang seperti itu.
"Yang paling penting secara tegangan harus cocok. Khawatirnya ponsel belum support fast charging tapi powerbank-nya sudah pengisian cepat jadinya enggak terpakai. Mau enggak mau harus ketemunya dengan powerbank yang standard," kata dia kala berbincang dengan VIVA dan sejumlah media di Jakarta, Rabu, 26 Februari 2020.
Kemudian, powerbank ada baiknya memiliki material polimer karena zat didalamnya adalah liquid. Jika isinya ion maka akan mudah meledak. Sedangkan liquid tidak. Hanya bocor itu pun jika sengaja dihancurkan.
Dendi mengaku produk powerbank Recci memiliki jenis dengan baterai lithium polimer, sehingga perawatannya diklaim akan lebih mudah asalkan tidak 'diperkosa'.
"Ya, seperti ponsel yang lagi dicas saja. Lagi 'bekerja' tapi dipakai untuk main game online. Itu sebenarnya enggak recomended. Umur baterai jadi cepat boros. Wajar kalau baterai cepat ngedrop karena ibarat baru makan disuruh kerja. Lama-lama teler," tegasnya.
Ia mengingatkan bahwa umur powerbank juga akan berkurang, atau maksimal bisa digunakan hingga tiga tahun. Akan tetapi, apabila perawatannya tidak bagus maka periode waktu yang digunakan pasti berkurang dan kerjanya jadi tidak maksimal.
Sebelumnya, powerbank buatan China pelan-pelan mendepak dominasi quick charge besutan Qualcomm. Sebab, powerbank keluaran perusahaan aksesoris ponsel, Recci, ini membenamkan fitur power delivery.
Dendi mengaku teknologi power delivery sudah ada di beberapa ponsel dan berlaku untuk yang sudah mengadopsi port USB Type C. "Fitur pengisian cepat akan tetap dipertahankan karena tidak ada lagi yang mau menunggu pengisian baterai ponsel hingga tiga jam," kata dia.
Sedangkan Quick Charge, menurut Dendi, adalah teknologi milik perusahaan asal Amerika Serikat (AS) Qualcomm, yang lama-lama akan ditinggalkan.
"Pastinya, ke depan ada teknologi yang ditinggalkan. Paling tidak fitur penggantinya masih akan mendukung pengisian cepat. Nah, Quick Charge akan ditinggalkan karena teknologinya tidak bisa digunakan untuk semua tipe ponsel, alias hanya menggunakan prosesor atau chipset Snapdragon saja," tegasnya.