Suhu Panas di Benua Antartika Catatkan Rekor Baru
- U-Report
VIVA – Suhu panas di Benua Antartika catatkan rekor baru. Sebab, suhunya mencapai 68 derajat Fahrenheit atau 20 derajat Celcius untuk pertama kalinya pada pekan lalu. Para ilmuwan mencatat lonjakan suhu panas di sebuah pulau lepas pantai di benua tersebut sebagai fenomena tidak normal.
"Kami melihat tren pemanasan di banyak situs yang kami pantau. Tapi kami belum pernah melihat yang seperti ini," kata Ilmuwan Brasil Carlos Schaefer, seperti dikutip dari Fox News, Jumat, 21 Februari 2020.
Ia mengaku bahwa lonjakan ini hampir dua derajat lebih tinggi dari temuan sebelumnya yakni 67,64 derajat Fahrenheit yang ditetapkan 37 tahun silam. Pemantauan diambil di Stasiun Cuaca Pulau Seymour yang merupakan bagian dari rantai pulau-pulau di Semenanjung Antartika.
Schaefer juga mengatakan temuan ini adalah satu titik data tunggal, sehingga mereka belum bisa menentukan apakah ini akan menjadi tren yang akan berlanjut di masa depan.
"Kami tidak dapat menggunakan temuan ini untuk mengantisipasi perubahan iklim di masa depan. Ini adalah titik data. Ini adalah sinyal bahwa sesuatu yang berbeda sedang terjadi di sana," ungkap dia.
Sebelumnya, basis penelitian di Benua Antartika telah mencatat suhu terpanas di tengah meningkatnya kekhawatiran terkait pemanasan global yang telah menyebabkan peningkatan pencairan lapisan es di sekitar kutub selatan.
Menurut Organisasi Meteorologi Dunia (WMO), rekor tertinggi suhu di Pangkalan Esperanza di ujung utara Semenanjung Antartika tercatat mencapai 18,3 derajat Celsius atau 64,94 derajat Fahrenheit, mengalahkan rekor sebelumnya, yaitu 17,5 derajat Celsius pada 2015. Suhu dicatat di stasiun cuaca Argentina pada awal bulan ini.
WMO juga menyampaikan, lapisan es Antartika mengandung cukup air untuk menaikkan permukaan laut global hingga hampir 200 kaki atau 60 meter.
Sebuah studi baru-baru ini menemukan bahwa air laut yang hangat mencairkan Gletser Thwaites raksasa di Antartika Barat, yang mempunyai potensi untuk menaikkan permukaan laut global lebih dari 10 kaki. Selain itu, Gletser Pulau Pinus juga telah menunjukkan tanda-tanda peningkatan ketidakstabilan dalam 25 tahun terakhir.