Arab Saudi Idul Fitri Duluan dari Indonesia, Begini Sebabnya

Warga Madinah membagikan takjil kepada umat Islam di Masjid Nabawi, Madinah, Arab Saudi, Selasa, 7 Mei 2019.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Aji Styawan

VIVA – Negara Timur Tengah seperti Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Kuwait merayakan Idul Fitri 1440 Hijriah pada Selasa, 4 Juni 2019. Sedangkan pemerintah Indonesia telah menetapkan Idul Fitri tahun ini jatuh pada Rabu 5 Juni 2019. 

Penentuan bulan baru dalam kalender Islam berdasarkan pada posisi hilal atau Bulan baru. Untuk menentukan awal Ramadan maupun Hari Idul Fitri, hal yang sentral adalah munculnya Bulan baru atau hilal. Untuk menentukan bulan baru, selama ini di Indonesia ada dua mazhab yakni perhitungan atau hisab dan pengamatan Bulan baru atau rukyat. 

Indonesia memiliki kriteria untuk menentukan awal bulan kalender Hijriah, yang disebut kriteria Imkan Rukyat, atau disebut pula kriteria Menteri-menteri Agama Brunai Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS) karena menjadi acuan bagi umat Islam di Asia Tenggara. 

Dalam kriteria Imkan Rukyat, berlaku tinggi Bulan minimal 2 derajat, dengan syarat tambahan umur Bulan minimal 8 jam atau elongasi Bulan-Matahari minimal 3 derajat. Umur Bulan merupakan selisih waktu di antara saat konjungsi atau ijtimak Bulan dan Matahari dengan waktu lokal terbenamnya Matahari.

Peneliti Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Ilmu Falak Rukyatul Hilal Indonesia (LP2IF RHI), Marufin Sudibyo dalam tulisannya Menuju Satu Idul Fitri 1440 H di Indonesia menjelaskan, kriteria tersebut dipergunakan baik dari sisi hisab, maupun dari sisi rukyat. 

Dari sisi hisab, jelasnya, apabila posisi Bulan sudah melebihi nilai kriteria ini, awal Bulan Hijriah yang baru sudah terjadi kala Matahari terbenam saat itu. Sementara dari sisi rukyat, kriteria ini juga menjadi alat untuk menerima atau menolak sebuah laporan hasil rukyat. Terutama jika laporan tersebut berdasarkan pada observasi mata telanjang saja, tanpa didukung alat bantu apa pun dan tanpa citra/foto yang menjadi bukti.

Dia mengatakan, konjungsi Bulan dan Matahari terjadi pada Senin 3 Juni 2019 pukul 17.02 WIB. Pada momen ini, di seluruh Indonesia pada saat Matahari terbenam, maka umur Bulan bervariasi, mulai dari terkecil -1,6 jam di Merauke hingga yang terbesar yakni 1,8 jam di Banda Aceh. 

Sedangkan tinggi Bulan pada momen tersebut, juga bervariasi dari yang terkecil -0 derajat 57 menit di Jayapura dan yang terbesar 0 derajat 22 menit di Pelabuhan Ratu, Jawa Barat. Sementara elongasi Bulan bervariasi dari yang terkecil 3 derajat di Pelabuhan Ratu sampai 3 derajat 12 menit di Jayapura. 

"Dengan data-data tersebut, maka kriteria Imkan Rukyat tidak terpenuhi dari sisi hisab," kata Ma'rufin. 

Dari hasil Rukyatul Hilal Kementerian Agama, Senin 3 Juni 2019, di 105 titik lokasi di 34 provinsi di seluruh Indonesia, menunjukkan posisi hilal atau Bulan baru masih di bawah kriteria, tidak ada yang sampai 2 derajat. 

Menteri Agama Lukman Saifuddin mengatakan, dari seluruh wilayah posisi hilal berada -1 derajat 26 menit, sampai -0 derajat 5 menit. Artinya, kata Lukman, dari seluruh wilayah posisi hilal di bawah ufuk. Lukman mengungkapkan, tidak satu pun dari 33 petugas yang berhasil melihat hilal. 

"Maka sebagaimana ketentuan dan kaidah, ketika hal itu terjadi maka bulan Ramadan digenapkan jadi 30 hari. Dengan demikian lebaran Idul Fitri 1 Syawal 1440 H jatuh pada Rabu 5 Juni 2019." kata Lukman dalam konferensi pers Senin 3 Juni 2019.

Ma'rufin sudah memprediksikan dari sisi rukyat, hilal mustahil terlihat pada Senin 3 Juni 2019. Sebab, Bulan terbenam lebih dulu dibanding Matahari. 

Mengapa Arab Saudi beda

Ma'rufin mengatakan, negara yang patut menjadi perhatian dalam penentuan Idul Fitri 2019 yakni Arab Saudi. 

Dia menjelaskan, dalam penentuan Idul Fitri Arab Saudi bertumpu pada rukyat. Pada Senin 3 Juni 2019, segenap wilayah Arab Saudi telah memiliki tinggi Bulan positif saat Matahari terbenam pada waktu setempat. 

Beda dengan Indonesia, yang mana pada waktu yang sama tinggi Bulan masih negatif. Ma'rufin menjelaskan, di Indonesia seluruh data hisab menunjukkan tak ada yang memenuhi kriteria Imkan Rukyat. Di hampir seluruh Indonesia, Bulan sudah berada di ufuk saat terbenam Matahari. Sementara data rukyat juga tak ada yang melaporkan berhasil melihat atau mendeteksi hilal. 

"Sementara di Arab Saudi, terdapat laporan keberhasilan rukyat meski itu kontroversial dari sisi ilmu falak. Laporan tersebut diterima karena pada dasarnya data hisab menunjukkan Bulan masih ada di atas ufuk kala Matahari terbenam," jelas pria yang merupakan peneliti Ikatan Cendekiawan Falak Indonesia (ICFI).

Ma'rufin mengatakan, kriteria yang dipakai Arab Saudi dalam menentukan Idul Fitri dan hilal sama dengan kriteria Wujudul Hilal Muhammadiyah. Namun dalam penentuan waktu ibadah, Arab Saudi menggunakan rukyat.

Dalam kriteria Wujudul Hilal Muhammadiyah, awal Bulan baru dimulai sejak terbenam Matahari yang terjadi untuk pertama kalinya setelah terjadi konjungsi Bulan-Matahari, dan sebelum terbenam Bulan. 

Jadi untuk dapat ditetapkan tanggal 1 pada Bulan baru Hijriyah, pada saat Matahari terbenam tersebut, harus terpenuhi tiga syarat secara kumulatif, yaitu sudah terjadi ijtimak Bulan-Matahari, ijtimak Bulan-Matahari terjadi sebelum terbenam Matahari, dan pada saat terbenam Matahari, Bulan belum terbenam. Jika salah satu saja dari tiga syarat tersebut tidak terpenuhi, maka awal Bulan baru tidak dapat ditetapkan. 

Selain Arab Saudi, negara lain yang patut menjadi perhatian adalah Turki. Ma'rufin menjelaskan, Turki merupakan satu-satunya negara yang telah meratifikasi Resolusi Istanbul. 

Resolusi Istanbul menyebutkan, awal Bulan Hijriah telah terjadi apabila tinggi Bulan minimal 5 derajat dan elongasi Bulan-Matahari minimal 8 derajat di manapun di daratan pada Bumi ini, sepanjang di negara paling timur, yakni Selandia Baru, belum terbit fajar.

Berdasarkan data hisab, Ma'rufin menuliskan, maka pada daratan paling barat, yakni wilayah benua Amerika bagian selatan, telah terjadi tinggi Bulan lebih dari 5 derajat pada saat Matahari terbenam pada 3 Juni 2019. Namun elongasinya masih kurang dari 8 derajat dan demikian pula pada saat Matahari terbenam di Amerika selatan, ternyata di Selandia Baru sudah terjadi terbitnya Matahari.

"Dengan semua kondisi tersebut, Turki telah memutuskan jauh hari sebelumnya bahwa Idul Fitri 1440 H di Turki bertepatan dengan Selasa 4 Juni 2019," ujarnya. (ase)