Temukan Hilal Ramadan di Internet, Begini Caranya
- ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman
VIVA – Dalam beberapa hari lagi umat Muslim akan mulai melaksanakan ibadah puasa Ramadan. Penentuan awal puasa di Indonesia menunggu sidang Isbat atau penetapan yang dilaksanakan oleh Kementerian Agama.
Untuk menentukan awal Ramadan maupun Hari Idul Fitri, hal yang sentral adalah munculnya bulan baru atau hilal. Untuk menentukan bulan baru, selama ini di Indonesia ada dua madzhab yakni perhitungan atau hisab dan pengamatan bulan baru atau rukyat.
Muhammadiyah selama ini menggunakan metode hisab untuk menentukan awal puasa, Hari Idul Fitri adan awal bulan baru dalam kalender Islam. Tak heran, Muhammadiyah sudah jauh hari yakni 25 Maret 2019, menentukan awal puasa Ramadan 2019 jatuh pada Senin 6 Mei 2019.
Sedangkan Nahdlatul Ulama menggunakan metode rukyat untuk menentukan bulan baru. Makanya, NU biasanya melakukan pengamatan hilal menggunakan teleskop dan alat optik lainnya untuk menentukan awal puasa atau Hari Idul Fitri. Hasil rukyat itu akan dilaporkan dalam sidang Isbat dan pemerintah menentukan kapan awal puasa atau Hari Idul Fitri.
Kalau mau mudah sejatinya bisa saja langsung menentukan hilal dengan hisab. Dengan metode ini, tak perlu repot pengamatan. Namun semuanya punya keyakinan dan landasan filosofis masing-masing dalam memilih metode penentuan bulan baru.
Nah, dalam hisab untuk menentukan bulan baru, dengan mudah kita bisa menemukan tool atau website yang menghitung bulan baru. Salah satunya adalah website www.moonsighting.com.
Pakar teknologi informasi, Onno W Purbo menyimulasikan penentuan hilal dengan perhitungan dari laman tersebut.
Untuk menentukan hilal, Onno menuturkan, ada dua fitur utama yang patut dilihat pada laman Moonsighting. Fitur yang dimaksud yakni Ramadan &Ied dan Visibility Maps.
"Di sebelah kiri itu ada tool Ramadan dan Ied serta Visibility Maps. Ini adalah peta bulan baru bisa dilihat," kata Onno dalam saluran YouTube-nya dikutip Kamis 2 Mei 2019.
Pada peta simulasi penampakan bulan baru di laman tersebut, akan muncul peta dunia dengan area berwarna-warni. Warna hijau menunjukkan area bisa mudah melihat hilal dengan mata telanjang, warna biru menunjukkan hilal bisa terlihat jika kondisi cuaca bersahabat, warna abu-abu menunjukkan butuh bantuan perangkat optik untuk menemukan bulan, dan warna merah menunjukkan hilal bisa terlihat hanya dengan bantuan perangkat optik namun terbilang susah.
Nah, dalam perhitungan Minggu 5 Mei 2019, peta Moonsighting menunjukkan, area Indonesia berwarna merah. Artinya, berdasarkan hisab, pada hari itu wilayah Indonesia tidak bisa mendapatkan bulan baru atau hilal. Maka jika menganut perhitungan ini, maka awal puasa jatuhnya hari berikutnya atau Senin 6 Mei 2019.
"Di Indonesia, sebagian besar orang enggak akan melihat bulan baru pada 5 Mei 2019. Kecuali punya peralatan optik yang bagus. Kesulitan melihat hilal pada 5 Mei itu," ujar Onno merujuk pada data perhitungan Moonsighting tersebut.
Berdasarkan perhitungan laman tersebut, di seluruh dunia hanya wilayah Pasifik, sebagian kecil Amerika Selatan dan Amerika Serikat saja yang bisa melihat bulan baru dengan mata telanjang pada Minggu 5 Mei 2019. Sebab area tersebut terpetakan berwarna hijau.
Jika merujuk pada peta berwarna tersebut, sebagian besar di seluruh dunia tidak bisa melihat bulan baru berdasarkan metode hisab. "Konsekuensinya sebagian Amerika Utara dan termasuk Arab Saudi akan puasa mulai 6 Mei. Pada tanggal 6 Mei itu seluruh dunia bisa lihat bulan baru. Petanya hijau semua," kata Onno.
(ali)