Nano Satelit Pertama Buatan Mahasiswa Indonesia Diluncurkan Tahun Ini

Ilustrasi satelit di luar angkasa
Sumber :
  • Pixabay

VIVA – Nano satelit atau satelit yang ukurannya lebih kecil dibanding satelit pada umumnya, menurut Kepala Bidang Diseminasi Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional atau LAPAN, Wahyudi Hasbi sedang menjadi tren di dunia. Ke depan satelit berukuran 10x10 dengan berat 1-10 kilogram itu akan semakin berkembang.

"Dari tahun ke tahun, tren nano satelit terus meningkat. Operator besar itu mulai was-was karena yang mendapat order malah perusahaan-perusahaan kecil," ujarnya usai acara Forum Grup Diskusi Peluang dan Tantangan Nano Satelit, di Hotel Grand Mercure Harmoni, Jakarta, Jumat, 29 Maret 2019.

Di Indonesia sendiri, nano satelit pertama yang dibuat oleh mahasiswa Surya Institute (SI), Tangerang, akan segera meluncur pada Desember 2019 di Jepang. Satelit itu dibangun di markas LAPAN, Bogor, Jawa Barat dan akan dikirim ke Jepang pada Juni mendatang dengan nama SS1 atau Surya Satelit 1.

Satelit ini akan dimanfaatkan untuk amatir radio komunikasi, seperti mengirim pesan singkat menggunakan satelit. Desainnya sendiri ialah CubeSat. Selain SI, ada juga Universitas Telkom yang mulai membangun nano satelit. Dalam program ini, LAPAN berperan untuk membantu mereka mendapat slot penerbangan.

"Kelebihan nano satelit itu murah dan gampang diluncurkannya. Tapi mereka juga punya kekurangan. Karena ukurannya kecil, kita enggak bisa melakukan pengambilan gambar dengan resolusi tinggi," katanya.

Menurut Wahyudi untuk bisa melakukan pengambilan gambar dari satelit dengan resolusi tinggi, secara fisika membutuhkan lensa dengan ukuran besar. Sementara ruang di nano satelit tidak mencukupi.

Nano satelit bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan Internet of Things (IoT), komunikasi, hingga data. Untuk harganya sendiri ada di kisaran US$50 ribu atau sekitar Rp700 juta, untuk nano satelit dengan struktur EnduroSat. (dhi)