Mengenal Teknologi Anti Stunting Buatan LIPI

Kampanye cegah stunting di Bundaran HI, Jakarta.
Sumber :
  • VIVA/Aiz Budhi

VIVA – Indonesia saat ini dibanjiri berbagai makanan impor. Kondisi ini diperberat dengan perilaku masyarakat terkait gizi dan pengasuhan pola konsumsi masyarakat yang belum memadai. Kondisi tersebut mendapat perhatian dari peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia atau LIPI.

Menurut data Global Food Security Index 2017, Peneliti Pusat Penelitian Kimia LIPI, Agus Haryono mengatakan, Indonesia saat ini berada pada peringkat 69 dari 113 negara dilihat dari aspek ketersediaan, keterjangkauan, kualitas dan keamanan pangan.

“Saat ini telah terjadi perubahan pengeluaran untuk konsumsi pangan olahan yg cenderung naik. Hal ini dikhawatirkan dapat berpengaruh pada konsumsi pangan yang berpengaruh pada kekerdilan atau stunting," ungkap Agus dikutip dari laman resmi LIPI, Sabtu 2 Maret 2019.

Agus memaparkan, saat ini LIPI sedang meriset biofortifikasi pangan yakni proses menambahkan zat gizi pada bahan baku hasil pertanian pada proses budidaya. "Zat gizi ditambahkan pada bahan baku pertanian bukan pada produknya sehingga setelah budidaya bisa menghasilkan pangan kaya nutrisi," jelasnya.

Ia mengatakan, riset terkait pangan biofortifikasi saat ini sudah dilakukan oleh lima satuan kerja LIPI yakni Pusat Penelitian Bioteknologi, Pusat Penelitian Kimia, Pusat Penelitian Teknologi Tepat Guna, Balai Penelitian Teknologi Bahan Alam (BPTBA) dan Pusat Penelitian Biologi.

"Untuk Pusat Penelitian Bioteknologi risetnya yakni padi kaya Fe dan Zn, Beta Glukan, padi kaya beta glukan, umbi garut bebas gluten, dan singkong kaya beta karoten. Sedangkan Pusat Penelitian Kimia risetnya tentang biofortifikasi asam folat alami," jelas doktor jebolan Waseda University Jepang itu.

Sedangkan Pusat Penelitian Teknologi Tepat Guna melakukan riset biofortifikasi untuk puding dan bubur instan, pasta dari mocaf, tepung jagung, mie non gandum, banana flake dan probarz.

“BPTBA juga telah melakukan penelitian terkait biofortifikasi yakni produk tepung makanan campuran tempe. Sedangkan, Pusat Penelitian Biologi risetnya yakni biofortifikasi selenium,” tutur Agus.