Gara-gara Ini, Kecerdasan Buatan Masih 'Fatamorgana' di Indonesia

Ilustrasi kecerdasan buatan.
Sumber :
  • YouTube/World Economic Forum

VIVA – Teknologi kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) disebut masih belum diperlukan di Indonesia. Salah satu penyebabnya adalah penyebaran data yang belum terdigitalisasi.

Hal itu dikatakan oleh Managing Director Algoritma, Nayoko Wicaksono di kantor Algoritma, Jakarta, Rabu, 27 Februari 2019. "Di Indonesia data masih terpecah, ada yang manual ada yang digital, datanya enggak gampang didapat."

Dia mengatakan, dengan karakteristik AI yang memakan data, akan sulit diterapkan apabila data yang diperlukan belum tersedia secara digital.

Keadaan ini berbeda dengan negara lain yang datanya sudah banyak dan digital. Lebih mudah menyediakan teknologi AI jika ekosistemnya sudah demikian.

Selain itu banyak orang yang masih salah kaprah soal AI. Terkadang mereka tidak mengerti kebutuhannya untuk apa.  

Menurut Nayoko, yang paling relevan adalah machine learning dibandingkan AI. Machine learning menghasilkan prediksi dari data yang ada.

Dia menjelaskan fundamental AI adalah machine learning dan juga data visualisasi. Dua hal itu diajarkan pada Algoritma Data Science Education Center. Di sini akan diajarkan dasar-dasar dari AI itu sendiri.

"Pelajaran statistik, kalkulus mereka harus kuat di situ. Kedua kita ajarkan regresi sampai segmentation, classification, neural network dan deep learning. Itu semua kita ajarkan," ujarnya. (dhi)