Era Post Truth, Orang Indonesia Jangan Gampang Emosi

Ilustrasi media sosial.
Sumber :
  • Pexels

VIVA – Era post truth sedang dialami saat ini, termasuk Indonesia. Zaman tersebut membuat manusia lebih mau menerima apa yang dia terima saja.

"Post truth bahwa sekarang hal logika dengan fakta dan data kadang-kadang tidak mau diterima otak kita," kata Staf Khusus Presiden, Adita Irawati di acara Siberkreasi Netizen Fair 2018, Jakarta, Sabtu, 24 November 2018.

Sementara Dirjen Aptika Kementerian Kominfo, Semuel Abrijani Pangerapan menyatakan, kejadian yang terjadi saat ini dibuat pas dengan keinginan. Dia mencontohkan jika biasanya orang berdasarkan penelitian baru mendapatkan hasilnya, sedangkan era ini hasilnya dulu yang didapatkan.

Dia menyatakan era ini membuat emosi menjadi fokus utamanya. Di mana pada otak manusia akan ada dua pilihan lari atau melawan.

"Itu naluri. Kalau sudah masuk ke sana, nalar kita tidak berkembang. Kalau di otak modern, dia nalar dulu," ujarnya.

Menurutnya ada baiknya masyarakat menganalisa sesuatu dahulu terhadap satu persoalan. Jangan termakan emosi yang ada.

Karena di saat manusia mendahulukan emosi, nalar tidak bakal berjalan sama sekali.

Dia menyatakan mengecek menjadi hal penting di era ini.
"Ada berita besar, enggak mungkin media mainstream enggak memberitakan. Masyarakat gampang mengeceknya," kata Semuel.

Meski begitu menurutnya masyarakat Indonesia saat ini sudah mulai berkembang dalam hal penerimaan informasi. Maka tak heran jika sebenarnya sebagian masyarakat sadar kalau mereka sedang dipermainkan oleh sebuah informasi.