Gaya Konsumtif Lahirkan Krisis Bumi
- VIVA/Misrohatun Hasanah
VIVA – Laporan Living Planet Report 2018 menemukan perilaku konsumtif manusia terhadap sumber daya di dunia, berkontribusi melahirkan krisis di bumi. Indonesia menjadi salah satu negara yang konsumtif. Secara global, Indonesia telah kehilangan 60 persen spesies vertebrata atau hewan yang memiliki tulang belakang, terhitung dari 1970-2014.
"Contohnya di Indonesia, kalau kita melihat keanekaragaman air tawar di Kali Ciliwung, mungkin hanya ada beberapa ikan saja yang dapat bertahan. Seperti ikan sapu-sapu yang toleran terhadap polusi," ujar salah satu Conservation Scientist World Wide Fund Indonesia, Thomas Barano, Jakarta, Jumat 16 November 2018.
Menurut para ahli, pemicu terbesar krisis bumi yakni karena manusia tidak bisa menjaga alam, konsumsi manusia dan keserakahan yang berlebihan. Indonesia memiliki banyak hutan yang sering dilanda kebakaran karena dampak pembukaan lahan perkebunan sawit.
"Pemerintah harus tinjau yang sudah berlebihan. Kita juga belum pernah melihat proses produksi sawit, apakah dengan cara yang mereka lakukan sekarang sudah cukup memenuhi pasar. Kita bisa memanfaatkan teknologi untuk membuat kelapa sawit yang lebih banyak, dan bisa mengurangi pembakaran lahan," ujar Chief Executive Officer Konservasi WWF Indonesia, Lukas Laksono.
Peneliti mengharapkan, bisnis yang tidak ramah lingkungan berubah menjadi sebaliknya. Lalu pemerintah sebaiknya melahirkan kebijakan untuk memperkuat aspek terjaganya keanekaragaman.
Gaya hidup yang tidak seimbang dapat membuat sumber daya di bumi menjadi habis dan akan sangat berbahaya untuk generasi mendatang. Sebab, saat ini jumlah populasi keseluruhan mencapai enam miliar dan akan terus tumbuh hingga 10 miliar.