Banyak Peniru, Perusahaan Data ini Tawarkan Solusi 'Unik'

Ilustrasi Big Data.
Sumber :
  • www.pixabay.com/xresch

VIVA – Perusahaan data dan analytics berbasis cloud asal Amerika Serikat, Teradata, melakukan pendekatan baru terhadap solusi analytics.

Hal ini dilakukan karena intensitas data telah meningkat, di mana saat ini pasar telah menjadi jenuh dengan para peniru atau copycat dan pendatang baru.

Untuk itu, Kepala Eksekutif Teradata, Victor Lund, meluncurkan pendekatan baru ke pasar global dengan menetapkan kriteria dan harapan yang baru untuk solusi intelligence di perusahaan global.

"Pasar hanya melayani dengan menambah kerumitan dan ketidakpastian bagi perusahaan yang haus berinvestasi dalam jawaban, bukan lebih banyak di analytics," kata dia, dalam keterangannya, Jumat, 16 November 2018.

Lund mengatakan bahwa saat ini Teradata memberikan penawaran unik, di mana mereka menyatukan posisi sambil menyediakan perangkat lunak atau software dan keahlian konsultasi as-a-service, baik pada cloud ataupun on-premise.

Ia juga menyebut faktor yang mendorong pendekatan baru ini adalah kemampuan Teradata untuk mencakup semua data, setiap saat, untuk menemukan jawaban atas tantangan terberat.

“Kami memberikan jawaban yang real-time dan cerdas, terlepas dari skala atau volume kueri. Dan itu dilakukan secara on-premise, di cloud, dan di mana saja. Ini adalah 'kecerdasan data yang meresap'. Artinya, hanya kami yang memiliki produk, keahlian, dan layanan terdepan dalam industri untuk dikirimkan hari ini,” tutur dia.

Chief Operating Officer Teradata, Oliver Ratzesberger mengklaim, Teradata Vantage merupakan satu-satunya platform untuk kecerdasan data yang meresap.

Ia mengatakan, Vantage mampu memberi bisnis kecepatan, skala, dan fleksibilitas, yang perusahaan butuhkan untuk menganalisis apapun, menerapkan di mana saja, serta memberikan analytics yang penting.

"Platform ini memberikan kecerdasan sejati tentang apa yang paling penting bagi kesuksesan setiap bisnis. Kami membawa kombinasi unik dari teknologi transformatif dan keahlian sumber daya manusia yang tidak tertandingi untuk mengubah cara kerja bisnis lewat kekuatan data," ungkap Oliver.

Sementara itu, 'analytics' telah menjelma menjadi industri senilai US$200 miliar atau hampir Rp3.000 triliun, lantaran didorong oleh kecepatan, skala, dan persaingan dalam ekonomi digital yang kian meningkat.