Selain Membakar, Ini Etika Lain Menjaga Kalimat Tauhid

Ilustrasi/Alquran
Sumber :
  • Ade Alfath - VIVA.co.id

VIVA – Aksi pembakaran bendera hitam yang tersemat kalimat tauhid oleh Barisan Ansor Serba Guna (Banser) berbuah kontroversi. Menurut GP Ansor, lembaga yang menaungi Banser, bendera yang dibakar anggotanya itu merupakan bendera Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), ormas terlarang yang menolak Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Tujuan pembakaran yang terjadi pada perayaan Hari Santri Nasional, 22 Oktober 2018, di Garut, Jawa Barat itu disebutkan demi menjaga kalimat Allah, agar tidak terinjak dan tercecer.

Dalam keyakinan umat Islam, kalimat Allah dan ayat-ayat Al Quran harus dijaga dan dihormati. Menurut intelektual muda NU dan Wakil Sekretaris Lakpesdam PBNU, Jamaluddin Muhammad, umat Muslim harus memperlakukan Al Quran dengan etika memuliakan dan menghormati.

"Jika meletakkan Al Quran, tidak boleh di tengah-tengah buku, misalnya, sehingga posisinya terselip. Al Quran harus berada di paling atas. Juga tidak boleh sejajar dengan mata kaki (di lantai) apalagi sampai terinjak dan tercecer," kata Jamal dalam sambungan telepon pada VIVA, 24 Oktober 2018.

Apabila menemukan potongan ayat Al Quran yang tercecer, hendaknya dipungut, kemudian disimpan di tempat yang keamanan dan kemuliaannya terjaga.

"Kadang kan ada mushaf atau potongan Al Quran yang karena sudah lama, jadi tak dapat dipakai lagi," ujar Jamal.

Selain itu, upaya menjaga potongan Al Quran atau kalimat Allah yang tidak dapat dipakai lagi juga bisa dengan cara dibakar. Namun, tak sembarangan dibakar begitu saja. Etika penghormatan tetap berlaku.

"Abunya harus dikumpulkan, kemudian dialirkan ke sungai, atau dikubur," jelas Jamal.

Cara lainnya adalah dengan melebur kertas atau kain bertuliskan ayat suci dengan air. Namun harus dipastikan benar-benar bisa luntur.