Kunci Sukses Startup Bukan Lagi Soal Sang Pendiri
- www.pixabay.com/geralt
VIVA – Ekosistem perusahaan rintisan, atau startup di Indonesia sudah berkembang makin baik dibanding tahun-tahun sebelumnya. Salah satu indikatornya, yakni meningkatnya pendanaan bagi startup.
Meski pendanaan merupakan isu penting, sisi lain yang sangat penting saat ini, yakni dukungan talenta penyokong startup. Dalam hal ini, yang dibutuhkan yakni kualitas talenta tim engineering.
"Dengan ekosistem saat ini, hal penting bagi kami (modal ventura), bukan soal foundernya tapi kualitas engineering-nya. Di sini tantangannya, bagaimana membangun dan mengembangkan perusahaan," jelas Principal Sequoia Capital, Pieter Kemps di Main Stage Tech in Asia 2017 di Balai Sidang Jakarta Convention Center, Rabu 1 November 2017.
Untuk itu, dia memuji inisiatif startup yang berupaya meningkatkan skala perusahaan dengan membentuk tim engineering khusus di Jakarta, atau di lokasi lain di Indonesia.
Kemps menjelaskan, perkembangan startup unicorn asal Indonesia, yakni Gojek, Traveloka, dan Tokopedia (GTT) menunjukkan bagaimana mereka bisa menemukan dan mengelola sumber daya engineering yang berbakat.
Tren talenta adalah pendorong perkembangan startup, menurut Kemps, juga telah terjadi di China dan India. Di dua negara tersebut, tim engineering yang kuat telah berhasil memompa startup menjadi lebih besar dan berkembang.
Pentingnya talenta juga diutarakan oleh Co-founder dan Managing Partner East Ventures, Willson Cuaca. Menurutnya, startup mesti punya SDM yang bertalenta. Kondisi saat ini, dengan ekosistem startup yang mendukung, 'penentu' ada pada talenta.
Willson mengatakan, tujuh tahun lalu, perusahaan modal ventura miliknya hanya percaya dengan pendiri dan investor. Tapi kini, investor tak bisa lagi mengklaim paling berkontribusi bagi berkibarnya sebuah startup, sebab semua punya 'saham', baik pendiri dan tim engineering, dalam mengembangkan startup.
"Agar ekosistem startup di sini makin next level, masalah besarnya yakni soal talenta. Talenta itu kunci untuk mengembangkan startup dari kecil jadi besar," ujarnya.
Willson mengakui saat ini ekosistem dan talenta penyokong startup di Indonesia sudah relatif banyak, untuk itu startup harus memahami dinamika yang berkembang saat ini.
"Bukan hanya soal teknologi saja ya, tapi juga bagaimana kapabilitas teknik," jelas dia.
Pria berkacamata itu berharap perkembangan ekosistem startup di Indonesia bisa melahirkan gelombang kedua yang lebih baik. Baginya, pada gelombang kedua startup di Indonesia adalah soal eksekusi, dengan memanfaatkan ekosistem dan talenta yang makin bagus.
"Apa yang terjadi sekarang ini adalah efisiensi. Dulu begitu susah mengakuisisi pelanggan, sekarang makin efisien," ujarnya.