Gojek Mengaku 'Korbankan' Pengemudi Ketimbang Pelanggan
Kamis, 12 November 2015 - 18:54 WIB
Sumber :
- VIVA.co.id/Ahmad Rizaluddin
VIVA.co.id - Pendiri sekaligus Chief Executive Officer (CEO) PT Go-jek Indonesia, Nadiem Makarim, menjelaskan alasan perusahaannya menurunkan tarif kilometer yang diterima mitra pengemudi ojeknya. Kebijakan itu untuk 'merasionalkan' tarif yang diberlakukan Go-jek.
Menurut Nadiem, ada dua pilihan dalam situasi kompetisi layanan transportasi berbasis online yang mulai marak, seiring menjaga tren positif kenaikan pemesanan yang dialami oleh aplikasi lokal tersebut.
"Pertama, mengurangi subsidi kepada konsumen. Kalau itu dilakukan maka akan berdampak pada penurunan pemesanan serta merugikan pengguna dan pengemudi," ujar Nadiem di "Tech in Asia Jakarta 2015." Acara berlangsung di Balai Kartini Jakarta, Kamis 12 November 2015.
Kemudian, ia melanjutkan, pada pilihan kedua, yaitu mengurangi jumlah tarif per kilometer. Meski pengurangan tersebut berpotensi menurunkan pendapatan yang diterima oleh mitra pengemudinya.
Maka dari itu Gojek, kata Nadiem, lebih memilih 'mengorbankan' pendapatan pengemudinya, ketimbang harus mengalami turunnya tren positif yang dialami oleh Gojek.
"Menurunkan tarif adalah pilihan agar pengemudi juga mendapatkan order terus di tengah membludaknya pemesanan pada aplikasi kami," ungkap Nadiem.
Diketahui, beberapa waktu yang lalu Go-jek melakukan perubahan soal tarif dan bonus bagi pengemudi ojeknya. Per tanggal 2 November, tarif yang sebelumnya Rp4 ribu menjadi Rp3 ribu per kilometernya.
Begitu juga soal bonus. Go-jek mengambil kebijakan dengan menaikkan poin untuk mendapatkan bonus Rp50 ribu per hari. Dari sebelumnya lima poin menjadi delapan poin yang harus dikumpulkan sekitar 200 ribu mitra pengemudinya. (ren)
Baca Juga :
Menurut Nadiem, ada dua pilihan dalam situasi kompetisi layanan transportasi berbasis online yang mulai marak, seiring menjaga tren positif kenaikan pemesanan yang dialami oleh aplikasi lokal tersebut.
"Pertama, mengurangi subsidi kepada konsumen. Kalau itu dilakukan maka akan berdampak pada penurunan pemesanan serta merugikan pengguna dan pengemudi," ujar Nadiem di "Tech in Asia Jakarta 2015." Acara berlangsung di Balai Kartini Jakarta, Kamis 12 November 2015.
Kemudian, ia melanjutkan, pada pilihan kedua, yaitu mengurangi jumlah tarif per kilometer. Meski pengurangan tersebut berpotensi menurunkan pendapatan yang diterima oleh mitra pengemudinya.
Maka dari itu Gojek, kata Nadiem, lebih memilih 'mengorbankan' pendapatan pengemudinya, ketimbang harus mengalami turunnya tren positif yang dialami oleh Gojek.
"Menurunkan tarif adalah pilihan agar pengemudi juga mendapatkan order terus di tengah membludaknya pemesanan pada aplikasi kami," ungkap Nadiem.
Diketahui, beberapa waktu yang lalu Go-jek melakukan perubahan soal tarif dan bonus bagi pengemudi ojeknya. Per tanggal 2 November, tarif yang sebelumnya Rp4 ribu menjadi Rp3 ribu per kilometernya.
Begitu juga soal bonus. Go-jek mengambil kebijakan dengan menaikkan poin untuk mendapatkan bonus Rp50 ribu per hari. Dari sebelumnya lima poin menjadi delapan poin yang harus dikumpulkan sekitar 200 ribu mitra pengemudinya. (ren)