Kartu Sakti Jokowi Bisa Picu Industri e-Commerce

Tjahjo Kumolo Pantau Pendistribusian 'Kartu Sakti' di Fatmawati
Sumber :
  • VIVAnews/Muhamad Solihin

VIVAnews - Tumbuhnya perusahaan rintisan (start up) memang telah diakui sudah cukup banyak bermunculan di Indonesia, namun Direktur Mountain SEA Vantures, Andy Zain, menilai industri dan ekosistem start up Indonesia perlu menyelesaikan problem serius.

"Memang start up kita tumbuh banyak, tapi masih banyak masalah, salah satunya ekosistem di belakang yang mendukung industri ini," ujar Zain ditemui di sela Startup Asia di Plaza Bapindo, Jakarta, Rabu 26 November 2014.

Ia menyebutkan, tantangan start up e-commerce Indonesia yakni soal sistem pembayaran yang belum mantap. Problem yang meliputi di antaranya tingkat kepercayaan yang masih rendah sampai kekhawatiran soal fraud.

"Sayangnya tak ada yang mengalamatkan problem itu, semua entitas mengeluarkan mobile payment masing-masing. Operator telekomunikasi ada, perbankan ada, belum menyatu," kata dia. 

Zain meyakini jika pembayaran masih menjalankan sistem yang mudah dan fleksibel, bakal mendorong ekosistem start up bisa makin melesat.

"Ibarat penyakit dalamnya tak disembuhkan. Ekosistem kita masih manual, pakai uang tunai," ujar dia.

Dengan tak adanya sistem pembayaran yang fleksibel, menjadikan penetrasi belanja online sangat jomplang dibandingkan dengan negara maju.

"Di negara berkembang, belanja online baru di bawah 1 persen, sedangkan di negara maju belanja online sudah 20 persen," paparnya.

Untuk itu, ia meminta, industri start up bisa melihat persoalan ini secara cermat dan padu memikirkan soal ekosistem pembayaran dalam e-commerce.

"Mari kita bangun dan rapikan infrastruktur industri, apalagi mumpung pemerintah baru ini lagi baik," ujar dia.

Zain bersyukur inisiatif pemerintahan baru, yang mengadopsi pembayaran via mobile serta layanan berbasis elektronik, merupakan salah satu terobosan yang bisa memicu dan menguatkan ekosistem e-commerce.

Kartu Sakti Jokowi

Terobosan tiga Kartu Sakti berbasis kartu SIM, yang dikeluarkan pemerintahan baru, kata dia, menjadi harapan. Terlepas dari aspek politis yang mengitari Kartu Sakti itu, Zain justru melihat kartu itu bisa makin mendorong menguatnya ekosistem industri start up e-commerce.

Kartu itu akan membuat pengguna memanfaatkan transaksi e-commerce. Saat ini, penerima kartu itu baru 1 juta penerima, dan secara bertahap sekitar 14 juta warga negara bakal memiliki kartu tersebut.

Jika pemanfaatan kartu itu optimal, kata dia, bisa menjadi lahan baru. Sebab, selama ini penetrasi kartu kredit mash sangat kecil, hanya single digit. Ia memperkirakan pengguna kartu kredit di Indonesia hanya 7 persen, dari 40 persen warga negara pemegang rekening perbankan.

"Ekosistem bisa dimulai dari situ, ini sebuah investasi di bisnis e-commerce," katanya.

Cara baru pembayaran seperti pada tiga Kartu Sakti itu, menurut dia, bisa membuat industri e-commerce berjalan lebih efisien.

Zain menambahkan, dengan momentum pembayaran mobile itu, ia bersama ekosistem pelaku industri e-commerce mendorong berdirinya asosiasi FinTech Indonesia, atau asosiasi penyelenggara teknologi jasa finansial.

Asosiasi ini terdiri atas unsur pemerintah, start up, perbankan dan regulator.

"Asosiasi ini bisa melakukan berbagai isu misalnya percepatan mobile wallet. Hasilnya ini tentu membantu e-commerce," ujar dia. (art)

Baca juga: