Pemimpin Bisnis Sukar Ambil Keputusan

Ilustrasi pekerjaan.
Sumber :
  • U-Report

VIVA Tekno – Para pempimpin perusahaan merasa kewalahan dan kurang mengerti dalam mengelola data yang ada untuk mengambil keputusan. Akibatnya kualitas hidup dan kinerja bisnis menjadi terhambat, menurut sebuah studi baru berjudul The Decision Dilema.

Studi melibatkan lebih dari 14.000 karyawan dan pemimpin bisnis di 17 negara, termasuk 4.500 responden dari Asia Pasifik dan Jepang (JAPAC), menemukan bahwa para pemimpin perusahaan merasa dalam tekanan dan penuh perjuangan dibanding sebelumnya ketika harus membuat keputusan dalam kehidupan pribadi maupun profesional.

Para pemimpin bisnis di JAPAC kesulitan dengan banyaknya data dan efeknya bisa merusak kepercayaan, membuat keputusan jauh lebih rumit, serta berdampak negatif pada kualitas hidup.

Sebanyak 74 persen orang mengatakan jumlah keputusan yang mereka buat setiap hari telah meningkat 10 kali lipat selama tiga tahun terakhir dan saat mencoba membuat keputusan ini, 75 persen lainnya dibombardir dengan lebih banyak data daripada sebelumnya dari berbagai sumber lainnya.

Studi yang dilakukan Oracle dan Seth Stephens – Davidowitz, penulis terlaris New York Times, juga menemukan 86 persen responden mengatakan bahwa volume data membuat keputusan dalam kehidupan pribadi dan profesional jauh lebih rumit dan 61 persen mengakui bahwa mereka menghadapi dilema keputusan.

Para pemimpin bisnis di JAPAC menginginkan data untuk membantu dan mengetahui bahwa data sangat penting untuk kesuksesan organisasi, tetapi tidak percaya bahwa ada alat untuk mengelola data untuk membuat keputusan tepat waktu.

Terlepas dari itu, organisasi tahu bahwa tanpa data, keputusan mereka akan kurang akurat (45 persen), kurang berhasil (32 persen), dan lebih rentan terhadap kesalahan (41 persen).

Ilustrasi pekerja profesional.

Photo :
  • vstory

Orang-orang juga percaya bahwa organisasi yang menggunakan teknologi untuk membuat keputusan berdasarkan data lebih dapat dipercaya (77 persen) dan akan lebih sukses (77 persen).

“Orang-orang tenggelam dalam data. Penelitian ini menyoroti bagaimana banyaknya wawasan atau masukkan yang didapatkan seseorang secara rata-rata," kata Seth Stephens-Davidowitz, ilmuwan data dan penulis Everyone Lies dan Don't Trust Your Gut dalam konferensi pers virtual, Jumat, 28 April 2023.

Menurutnya data bisa didapatkan dari pencarian di internet, peringatan berita, hingga masukkan dari teman, yang seringkali menambahkan lebih banyak informasi daripada yang bisa ditangani oleh otak kita.

Terkadang orang tergoda untuk membuang data yang membingungkan dan bertentangan, serta hanya melakukan apa yang dirasa benar. Padahal ini bisa menjadi kesalahan yang besar karena terbukti berulang kali bahwa naluri dapat menyesatkan.

Sementara itu Team Principal dan CEO Oracle Red Bull Racing, Christian Horner menjelaskan, saat pembalap melaju dengan kecepatan lebih dari 320 km per jam, mereka harus mengambil keputusan penting dengan sangat cepat.

"Dengan Oracle Cloud Infrastructure, kami dapat memanfaatkan data dengan menjalankan miliaran simulasi strategi balapan selama akhir pekan Grand Prix, memastikan bahwa kami membuat keputusan terbaik sebagai respons terhadap performa mobil, perubahan yang terjadi di lintasan, dan tindakan pesaing kami selama balapan," ujarnya.

Mengadopsi pendekatan berbasis data, analitik, dan AI untuk transformasi digital akan menjadi taruhan utama bagi para pemimpin perusahaan karena mereka ingin meningkatkan pendapatan dan menciptakan efisiensi biaya yang lebih besar dalam iklim ekonomi yang tidak menentu.