Jualan di Ecommerce Mirip Pujasera
- Livemint
VIVA – Sejak pandemi melanda pada tahun lalu, banyak pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang beralih menawarkan dagangan mereka di platform online.
Cara ini dianggap efektif, karena sebagian besar konsumen memilih untuk bertransaksi melalui jalur digital tersebut. Selain lebih praktis, pemesanan juga bisa dilakukan tanpa batasan hari maupun jam.
Sayangnya, tidak semua platform menawarkan pengalaman berbelanja yang menarik dan bisa membuat nyaman pembeli maupun penjual. Vice President Community Tokko, Bobby Silalahi mengatakan bahwa saat ini para pedagang sedang terjebak dalam siklus perang harga yang tidak berujung.
Menurutnya, pedagang saat masuk ke platform ecommerce berhenti pada aktivitas menaruh foto produk barang di dalamnya. Hal ini dianggap tidak cukup untuk membangun bisnis jangka panjang yang berbasis pelanggan.
“Berjualan di ecommerce mirip seperti berjualan di pujasera, semua toko terlihat serupa dengan menu yang hampir sama. Kalau ada satu menu yang kemahalan, maka pelanggan akan pindah ke lapak dengan harga lebih murah,” ujarnya saat konferensi pers virtual, dikutip VIVA Tekno Minggu 26 September 2021.
Bobby menjelaskan, banyak juga pelaku UMKM yang menjemput bola dengan menjual langsung ke pelanggan melalui aplikasi pesan singkat atau media sosial. Tapi, hal itu cukup merepotkan karena semua operasional dilakukan secara manual dari mencatat pesanan sampai memeriksa transaksi pembayaran.
Sementara itu, Vice President Business Development Tokko menyampaikan bahwa merek yang sudah besar maupun legendaris yang ada di Bandung memiliki website resmi mereka sendiri, untuk bisa mengendalikan bisnis mereka dan konsumen mereka.
“Tidak hanya brand besar dan legendaris, tapi juga brand baru seperti D.F.o Bandung milik Dendy Darman pendiri unkl347, yang mempercayakan flagship store mereka di dalam aplikasi Tokko,” tuturnya.
Dendy menjelaskan, salah satu keunggulan dari memiliki website resmi sendiri adalah identitas brand pelaku UMKM akan tertap terjaga. Hal ini berbeda dengan berjualan di ecommerce atau marketplace, yang dianggap hampir tidak memperhatikan branding.