Bos Bhinneka Khawatir dengan Gaya Hidup Konsumen
- BusinessLIVE
VIVA – Platform e-commerce Indonesia, Bhinneka, mengaku tidak pernah menganggap e-commerce lain sebagai kompetitor. Karena, terdapat perbedaan model bisnis dari masing-masing perusahaan.
"Kalau kami tidak sama dengan mereka (e-commerce). Meski begitu, ada yang model bisnisnya sama. Katakanlah hijau dan merah sama yang orange mirip. Saling kompetisi tapi secara tidak langsung," kata Founder dan Chief Executive Officer Bhinneka, Hendrik Tio, di Jakarta, Selasa, 8 Januari 2019.
Ia pun mengistilahkan Bhinneka sebagai marketplace dari e-commerce yang lain. Hendrik juga mengatakan bahwa e-commerce Indonesia ke depannya akan tumbuh besar, di mana para pemain di industri ini masih mencoba untuk menjadi pemenang.
"Karena sama-sama ingin menjadi pemenang, jatuhnya, kan, monopoli, ya," ungkapnya. Menurut dia memonopoli industri bukanlah perkara mudah. Selain itu, pertarungan pun masih sangat panjang.
"Kita tahu beberapa pemain mendapatkan investasi besar-besaran. Mereka masih akan bertarung. Kita tidak hanya melihat e-commerce tetapi kepada pemain yang bukan e-commerce juga bisa merambah ke sana," ujar Hendrik.
Ia lalu mencontohkan bisnis layanan transportasi online ataupun travel, yang sama-sama menawarkan produk. Hendrik menyebut iklim industri untuk saling mengisi masih bisa terjadi.
Dengan iklim seperti ini, Hendrik mengaku yang akan terasa perubahannya dari sisi konsumen. Jika para pembeli e-commerce tidak bisa mengendalikan diri maka akan berbahaya.
"Saya secara pribadi mengkhawatirkan konsumeritas dari masyarakat tumbuhnya sangat cepat. Apalagi sekarang era digital, cashless. Tinggal gesek kartu. Enggak merasa kekurangan tapi begitu tagihan datang baru terkejut," jelas Hendrik.