Disokong Gojek, Startup Dokter Online Belum Mau Ekspansi
- VIVA.co.id/Afra Augesti
VIVA – Perusahaan rintisan atau startup yang bergerak di layanan kesehatan digital, Halodoc, memiliki 1,5 juta pengguna sejak berdiri pada 2016 hingga awal April 2018.
Sementara itu sudah 20 ribu dokter - umum sampai spesialis, 1.000 apotek, serta 1 Laboratorium Prodia, bergabung dengan Halodoc.
Meski begitu, menurut CEO dan Founder Halodoc Jonathan Sudharta, jumlah dokter di Indonesia saat ini perbandingannya 3 per 10 ribu pasien. Adapun, dokter ahli seperti jantung, jumlahnya baru 600 di mana 90 persennya ada di Pulau Jawa.
"Dengan total penduduk Indonesia yang mencapai 262 juta jiwa, jumlah dokter masih sedikit. Apalagi untuk meng-cover daerah pelosok. Di sinilah kami ingin membantu," kata Jonathan kala berbincang dengan VIVA dan sejumlah media, di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Ia menuturkan ingin menyederhanakan akses kesehatan bagi masyarakat, khususnya ibu kota. Dengan begitu warga akan bisa dengan
mudah berhubungan dengan dokter atau membeli kebutuhan medis melalui smartphone.
Mengenai jumlah pengguna aplikasi Halodoc, Jonathan menyebut wilayah Jabodetabek menguasai sekitar 40 persen, dan sisanya 60 persen tersebar di seluruh Indonesia.
Jonathan menargetkan, dalam satu hingga dua tahun ke depan, Halodoc bisa melayani 60 persen atau sekitar 158 juta jiwa masyarakat Indonesia. Ia menegaskan tetap fokus menggarap pasar Indonesia yang masih luas, dan tidak berpikir untuk ekspansi ke luar negeri.
"Masih banyak yang harus dibenahi. Kita fokus dalam negeri. Kita juga satu-satunya platform digital di Indonesia yang menghubungkan dokter dengan pasien, obat dengan apotek, dan laboratorium," jelasnya.
Seperti diketahui Gojek, salah satu investor Halodoc, berencana ekspansi ke wilayah Asia Tenggara untuk bersaing dengan Grab.
Pada September 2016, Halodoc mendapat suntikan investasi sebesar US$13 juta (Rp176 miliar) dari grup investor yang terdiri dari Clermont Group, Gojek, Blibli dan NSI Ventures.