E-Commerce Tumbuh Pesat, Pengusaha Ritel Teriak
- VIVA.co.id/Novina Putri Bestari
VIVA – Pesatnya perkembangan bisnis jual beli online, atau e-commerce memangkas pertumbuhan industri ritel.
Sempat mengalami pertumbuhan hingga 15 persen pada periode 2014-2015. Namun, pada periode 2016-2017, pertumbuhan ritel terpangkas masing-masing menjadi 9 persen dan 7,5 persen.
Melihat situasi tersebut, Ketua Asosiasi Pengusaha Retail Indonesia, Roy Nicholas Mandey, mengaku tahun ini para pengusaha ritel tidak berharap muluk-muluk untuk mencapai pertumbuhan.
Sebab, untuk menggapai angka double digits sangat sulit, karena perilaku belanja masyarakat yang sudah mulai bertransformasi ke arah digital, atau online.
"Bisa sembilan persen sama seperti tahun 2016, atau omzetnya sekitar Rp250 triliun. Itu kita syukuri. Kita memang belum bisa mendongkrak pada angka dua digit," kata Roy, saat konferensi pers Internet Retail Expo di Hotel Pullman Jakarta, Rabu 24 Januari 2018.
Adapun tema IRE tahun ini adalah 'Retail to the Internet.' Dengan begitu, menurut Roy, industri ritel diharapkan mampu menjalankan bisnisnya, baik secara offline maupun online, bersamaan.
"Dampak dari globalisasi adalah teknologi. Kita tidak bisa menolaknya," ungkapnya.
Roy mengungkapkan, industri e-commerce di Tanah Air belum memiliki peningkatan yang signifikan dalam hal penggunaan.
Ia menyebut, masih ada penjual yang nyaman dengan keadaan hasil penjualan toko secara offline dan pembeli yang masih menginginkan fisik dari barang itu sendiri.
"Kalau mau jualan online harus adanya peningkatan penetrasi internet dan konektivitas mobile, serta pertumbuhan ekonomi. Ini yang masih dalam tahap transisi di Indonesia," papar dia.
Internet Retail Expo (IRE) digelar pada 24-25 Januari 2018 bertempat di Hotel Pullman Jakarta Central Park. Dalam dua hari akan ada 120 pembicara yang hadir.
Mereka berasal dari sektor industri e-commerce dan peritel multikanal seperti Aprindo, Lazada Indonesia, Blibli.com, dan Gojek.