Nokia-Blackberry Belum Bisa Tarik Perhatian Konsumen

Peluncuran BlackBerry Aurora.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Mitra Angelia

VIVA.co.id – International Data Corporation (IDC) meyakini bahwa pasar ponsel Indonesia akan memiliki tantangan tersendiri bagi masuknya kembali BlackBerry dan Nokia.

Seperti diketahui, baru-baru ini Nokia bangkit ditandai dengan peluncuran produk terbaru pada ajang Mobile World Congress. Kemudian diikuti dengan peluncuran Blackberry Aurora oleh PT BB Merah Putih pada Kamis kemarin.

Menurut IDC, kondisi pasar ponsel telah berubah sejak masa kejayaan kedua merek tersebut. Ketatnya kompetisi dalam berbagai bentuk dipercaya akan menjadi penghambat bagi pertumbuhan pangsa pasar Nokia dan Blackberry, terutama pada pasar smartphone.

Seperti kondisi sekarang, munculnya vendor-vendor asal China dengan kompetisi harga yang bisa dijangkau konsumen. Terlebih disokong dengan fitur dan spesifikasi yang mumpuni, fitur yang paling populer seperti kamera selfie yang di atas rata-rata.

"Nokia dan Blackberry, memiliki spesifikasi yang mumpuni saja belum cukup untuk menarik perhatian konsumen.” ujar Risky Febrian, Associate Market Analyst, Mobile Phone, IDC Indonesia dalam keterangan tertulis yang diterima VIVA.co.id, Jumat 10 Maret 2017.

Mereka, tambah Risky ditempatkan pada rentang harga yang sudah dipenuhi oleh vendor-vendor asal China. Namun, dengan keputusan keduanya beralih ke Android, menurut IDC akan mampu untuk lebih diterima di pasar smartphone Indonesia. 

Sebagai informasi, Indonesia sebelumnya merupakan pasar ponsel terbesar bagi kedua merek tersebut. Pada tahun 2012, Blackberry menduduki peringkat pertama dalam pasar ponsel Indonesia.

Sementara Nokia atau Microsoft sempat merajai pasar smartphone di Indonesia pada periode yang sama. Bersamaan dengan populernya tombol QWERTY, BBM Messenger juga memiliki peranan penting dalam menarik minat para pengguna smartphone pada masa kejayan vendor tersebut. 

Akan tetapi, BBM saat ini juga sudah tersedia di perangkat lain dan kompetisi perangkat juga kian berubah, terlebih dengan keberadaan vendor ponsel asal Tiongkok yang lebih agresif seperti Oppo.