Partikel Cahaya Ini Kalahkan Superkomputer
- Deutsche Welle
VIVA – University of Tokyo dan International Business Machines Corp atau IBM telah memulai operasi komputer kuantum komersial pertama di Jepang, membuat terobosan ke bidang yang sangat kompetitif yang dipimpin oleh Amerika Serikat (AS) dan China.
Sistem generasi berikutnya, yang dikembangkan oleh perusahaan teknologi AS dengan universitas yang memegang hak akses eksklusif untuk menggunakannya, didirikan di Pusat Inkubasi Bisnis Kawasaki di Prefektur Kanagawa, barat daya Tokyo.
Sebuah konsorsium industri-akademisi diluncurkan pada 2020, termasuk Toyota Motor Corp, Sony Group Corp dan Mitsubishi Chemical Holdings Corp sebagai anggota, memiliki akses ke komputer untuk penelitian bersama.
Sistem komputer IBM Quantum System One adalah yang kedua yang telah dibangun IBM di luar AS, menyusul Jerman.
"Bidang di mana komputer kuantum digunakan secara praktis berkembang secara luas. Saya ingin menyampaikan pencapaian kepada dunia," kata Presiden Universitas Tokyo Teruo Fujii, dikutip dari Kyodo, Selasa, 3 Agustus 2021.
Komputer kuantum menggunakan kuanta, seperti partikel cahaya, yang memiliki karakteristik gelombang dan partikel dan dapat menghitung skor kombinasi sekaligus, bukan satu per satu seperti pada komputer konvensional.
Kemampuannya untuk memecahkan masalah kompleks dengan kecepatan lebih cepat daripada superkomputer diharapkan dapat digunakan untuk mengembangkan obat dan bahan baru, menciptakan model keuangan, mengoptimalkan logistik serta kriptografi.
"Sangat penting bahwa basis (untuk komputer kuantum) telah didirikan di Jepang karena akan membantu memelihara personel yang akan mahir mengoperasikannya," kata Peneliti Senior Japan Research Institute, Hideyuki Mase.
Ia mencatat masih banyak tantangan teknis untuk pengoperasian penuh komputer kuantum. Perlombaan untuk mengembangkannya pun semakin intensif secara global yang saat ini dipimpin oleh AS dan China.
"(Basis) akan membantu memperdalam pertukaran dengan para ahli di luar negeri, termasuk dari Asia. Ini diharapkan menjadi keuntungan besar bagi Jepang sebagai negara yang mempromosikan penelitian dan pengembangan di lapangan", kata Mase.