Ilmuwan Jepang Ungkap Masa Lalu Bumi
- European Space Agency
VIVA – Para astronom telah menguji metode untuk merekonstruksi keadaan Bumi dan alam semesta pada periode awal melalui simulasi menggunakan Superkomputer ATERUI II di National Astronomical Observatory of Japan (NAOJ).
Metode tersebut diklaim bisa membuka salah satu peristiwa paling misterius dalam sejarah alam semesta, yang kemudian juga dapat mempersingkat waktu pengamatan yang diperlukan untuk membedakan berbagai teori inflasi.
Baca: Telkom Pakai Superkomputer untuk Kembangkan 5G
Dilansir dari situs Phys.org, Rabu, 17 Februari 2021, tepat setelah alam semesta muncul 13,8 miliar tahun silam, tiba-tiba ukurannya bertambah lebih dari 1 triliun kali dalam waktu kurang dari satu triliun per satu triliun mikrodetik. Tidak ada yang tahu apa penyebabnya.
Inflasi yang secara tiba-tiba ini merupakan salah satu misteri terpenting dalam astronomi modern. Inflasi seharusnya menciptakan fluktuasi kepadatan di era awal yang akan mempengaruhi distribusi perkembangan galaksi.
Namun, proses selain inflasi juga memengaruhi distribusi galaksi, sehingga sulit untuk mendapatkan informasi soal inflasi. Secara khusus, pertumbuhan kelompok galaksi yang didorong oleh gravitasi dapat mengaburkan fluktuasi kepadatan di zaman purba.
Penelitian yang dipimpin oleh Masato Shirasaki tersebut menerapkan metode rekonstruksi untuk memutar balik waktu dan menghilangkan efek gravitasi. Mereka kemudian menguji seberapa baik superkomputer merekonstruksi keadaan awal.
Dengan metode ini mereka dapat mengoreksi efek gravitasi dan meningkatkan batasan pada ketidaktepatan kepadatan di masa lalu. Menurut Shirasaki bahwa metode ini sangat efektif.
"Dengan menggunakan metode ini kami dapat memverifikasi teori inflasi yang kira-kira sebanyak sepersepuluh jumlah data. Metode ini juga dapat mempersingkat waktu pengamatan dan akan diperlukan dalam misi survei galaksi yang akan datang seperti, SuMIRe oleh Teleskop terbaru NAOJ," papar Shirasaki.