Facebook Messenger Lebih Telanjang dari WhatsApp
- Medium
VIVA – Aplikasi pesan instan WhatsApp masih menjadi buah bibir karena mengumumkan kepada pengguna tentang kebijakan privasi terbarunya. Tak ingin data pribadinya dibagi dengan induk WhatsApp, Facebook, pengguna ramai-ramai mencari alternatif.
Tapi perlu diingat, pengguna jangan hanya mengkhawatirkan WhatsApp. Mereka juga perlu memberi perhatian ekstra terhadap aplikasi pesan milik Facebook lainnya, yaitu Messenger.
Baca: WhatsApp Resahkan Pengguna, Aplikasi Anak Negeri Tawarkan Alternatif
Dikutip VIVA Tekno dari laman Express, Rabu, 27 Januari 2021, ternyata berbagi data pribadi di Facebook Messenger lebih berbahaya ketimbang WhatsApp. Apabila dijabarkan, percakapan di WhatsApp lebih aman dari Facebook Messenger lantaran dikunci oleh enkripsi ujung-ke-ujung (end-to-end encryption).
Sementara Facebook secara terbuka mengakui memindai teks Messenger untuk meningkatkan iklan yang akan disajikan kepada penggunanya. Iklan tersebut masuk di dalam Facebook Messenger dan seluruh jaringan periklanan media sosial milik Mark Zuckerberg tersebut.
Misalnya saja kalau pengguna berbincang dengan seorang teman di Facebook Messenger tentang bagaimana ingin menurunkan berat badan, maka jangan kaget ketika mereka mulai melihat iklan minuman diet, keanggotaan gym, hingga pil diet di Umpan Berita.
Bukan itu saja. Facebook bahkan mengunduh file yang dikirim antara teman atau keluarga ke dalam percakapan Messenger ke servernya sendiri, di mana file tersebut bisa langsung dianalisa.
Tautan situs web yang dikirim dalam percakapan juga akan dipelajari oleh Facebook untuk mengetahui lebih lanjut tentang minat, selera, dan apa yang kira-kira dibeli pengguna.
Menanggapi hal ini, pakar keamanan Zak Doffman menerbitkan artikel yang menyoroti sejauh mana pengumpulan data pribadi di Facebook Messenger. Ia pun menggambarkannya 'jauh lebih mengkhawatirkan' daripada WhatsApp.
Ia juga menyoroti soal klarifikasi WhatsApp, di mana satu sisi mereka mengaku tidak bisa melihat percakapan pengguna. Sementara sisi lainnya, dalam hal ini Messenger, Facebook blak-blakan mengakui telah memantau konten yang dikirim ke dalam pesan pribadi antar pengguna.
"Bencana WhatsApp telah mengalihkan perhatian dari seberapa buruknya invasi Facebook Messenger terhadap privasi Anda. Tidak ada pembenaran untuk itu. Kita semua tahu Facebook mencari nafkah dari data pribadi kita. Begitulah cara kami membayar gratis layanan mereka. Tapi Facebook harus tahu batasannya," ungkap Doffman.
Data yang dilacak oleh perusahaan analitik App Annie menunjukkan, WhatsApp turun dari 8 aplikasi yang paling banyak diunduh di Inggris pada 12 Januari lalu.
Sebaliknya, Signal yang sebelumnya tidak pernah berada di 1.000 aplikasi teratas, pada 9 Januari menjadi yang paling banyak diunduh di negeri Ratu Elizabeth II.
Direktur Kebijakan Publik WhatsApp untuk Eropa, Timur Tengah dan Afrika, Niamh Sweeney mengatakan, kemerosotan itu diyakini terkait dengan pembaruan persyaratan layanan perusahaan.
Ia pun mengklarifikasi bahwa sebenarnya pembaruan itu untuk mengaktifkan serangkaian fitur baru seputar perpesanan bisnis, dan membuat transparansi yang lebih besar seputar kebijakan perusahaan yang sudah ada sebelumnya.