Alat Pelacak Ini Bisa Menyadap dan Mematikan Mesin Kendaraan
- inmagine.com
VIVA – Perusahaan rintisan atau startup penyedia layanan GPS Tracker, Fox Logger, mengaku GPS Technology menjadi solusi yang dibutuhkan para pengusaha yang bergerak di bidang logistik dan leasing.
Karena, pengguna mudah untuk memantau armada mereka hanya menggunakan gadget atau gawai maupun komputer. Hal ini disebabkan GPS Technology buatan Fox Logger memanfaatkan konsep Internet of Things (IoT) sehingga berbagai benda atau perangkat terhubung satu sama lain melalui sebuah alat komputasi.
Baca: Kemampuan Aplikasi PeduliLindungi Didongkrak
"Mereka kini tidak perlu lagi menghabiskan banyak biaya telepon untuk memastikan posisi kendaraan. Cukup pakai alat pelacak kami," kata Kepala Eksekutif Fox Logger, Alamsyah Cheung, dalam konferensi pers virtual, Jumat, 22 Januari 2021.
Fox Logger GPS Technology juga merupakan platform sistem manajemen transportasi pertama di Indonesia yang menerima koneksi dari berbagai merek GPS tracker dengan layanan pelanggan 24 jam.
Alamsyah menjelaskan, cukup membuka smartphone, tablet atau pun komputer, alat pelacak ini langsung bisa memastikan di mana posisi kendaraan berada, mengetahui seberapa cepat supir dalam mengemudi, menganalisis aktivitas pergerakan, serta mengetahui lamanya kendaraan parkir dan jalan yang pernah dilewati.
Bahkan, kata dia, alat pelacaknya bisa menyadap percakapan yang terjadi di dalam kabin mobil hanya dengan sekali SMS maka kendaraan bisa dimatikan mesinnya. Saat ini, Fox Logger GPS Technology telah digunakan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta untuk memonitoring truk sampah.
Sebab, sistem yang dimiliki Fox Logger GPS Technology dapat dengan mudah dikoneksikan ke sistem smart city yang ada di kota mana pun. "Inilah yang menjadi pertimbangan Pemprov DKI Jakarta meminang Fox Logger GPS Technology," jelas Alamsyah. Bicara potensi pasar tahun ini, ia menargetkan nilai penjualan mencapai Rp100 miliar.
"Kami tak henti-hentinya berupaya menggarap pasar korporasi dan mengintensifikasi pasar komersial individual. Untuk pasar korporasi, kami sedang bernegosiasi dengan tiga perusahaan besar. Tapi maaf, nama-namanya belum bisa kami publikasi,” tutur Alamsyah.