Berita Duka Cita Datang dari Twitter
- Instagram/@abdd.eyez
VIVA – Media sosial Twitter memutuskan untuk menutup aplikasi video live streaming Periscope. Aplikasi ini akan ditarik dari App Store mulai Maret 2021. Sebagai informasi, Twitter mengakuisisi Periscope pada 2015.
Media sosial berlogo burung biru ini disebut-sebut mengeluarkan dana US$86 juta (Rp1,2 triliun) untuk mencaplok aplikasi tersebut. Twitter mengakuisisi Periscope karena menganggap live streaming akan menjadi bagian penting dalam bersosial media dan menjadi sumber pendapatan baru perusahaan. Namun hal itu tak terjadi.
Mengutip situs Mashable, Rabu, 16 Desember 2020, nasib Periscope menyusul aplikasi video sharing Vine yang lebih dahulu dihentikan Twitter selaku pemiliknya pada tiga tahun lalu. Twitter mengungkapkan alasan menutup Periscope karena terjadi penurunan pengguna dalam beberapa tahun terakhir dan biaya pendukung yang tinggi.
Namun, dalam update terkini, aplikasi Periscope sudah tidak bisa membuat akun pengguna baru. Setelah Periscope pamit dari dunia media sosial, Twitter akan terus menyediakan layanan video live streaming lewat fitur Live di aplikasi utamanya.
Twitter kemudian mengintegrasikan kemampuan video live streaming dari Periscope ke aplikasi utamanya pada Desember 2016, sementara Periscope sendiri beroperasi sebagai layanan terpisah.
Sebelumnya, Twitter memperluas fiturnya dengan menambahkan notifikasi kepada pengguna yang menyukai atau like tweet misinformasi atau informasi salah. Label peringatan akan muncul jika pengguna akan melakukan retweet serta menyebarkan informasi yang salah.
Beberapa bulan lalu, media sosial berlogo burung biru itu memperkenalkan label yang berhubungan dengan Virus Corona COVID-19. Label tersebut memiliki peringatan 'Informasi yang disengketakan atau menyesatkan'.
Twitter bahkan pernah memberikan label tweet Presiden AS Donald Trump yang menyebarkan informasi palsu, seperti mengenai lawan politiknya, mempertanyakan integritas penghitungan suara, surat suara diam-diam dibuang, sampai mengklaim kemenangan.
"Sangat penting memberikan label kepada berita palsu. Fitur Tweet Kutipan, 29 persen membantu Twitter mengurangi hoax. Jadi kami memperluasnya untuk ditampilkan saat pengguna menyukai tweet berlabel," demikian keterangan resmi Twitter.