Taksi Terbang Uber Mulai Beroperasi di Dua Kota Ini
- www.theverge.com
VIVA – Perusahaan teknologi transportasi, Uber makin serius dalam menggarap proyek taksi terbang. Uber kembali menggandeng Badan Antariksa Amerika Serikat untuk mewujudkan ambisi mobil berpenumpang terbang.
Sebelumnya, Uber dan NASA sepakat dalam perjanjian pertama yang sudah mereka tanda tangani sekitar November 2017. Sebagai langkah serius, Uber kembali menjalin perjanjian dengan NASA.
Dikutip dari The Verge, Selasa, 8 Mei 2017, NASA dan Uber kembali menandatangani Space Art Agreement yang kedua mengenai proyek tersebut.
Dalam perjanjian kerja sama kedua ini, Uber akan memberi NASA perincian mengenai skenario pengaturan lalu lintas udara, upaya mengurangi risiko kecelakaan, dan manajemen ruang udara pada kendaraan terbang Uber.
Untuk pengujian awal proyek taksi terbang ini baru, keduanya telah menemukan dua lokasi yakni kota Dallas dan Los Angeles, Amerika Serikat.
Sedangkan kota lainnya belum memberikan memberikan persetujuan untuk menjadi tuan rumah pengujian proyek tersebut. Namun Uber mengaku, mereka akan terus memperluas jaringan demi memaksimalkan proyek taksi terbang.
NASA kebagian tugas menggunakan data Uber untuk menyimulasikan kendaraan terbang di langit Dallas-Fort Worth. Simulasi ini dinilai sangat penting karena lalu lintas udara di atas kota Amerika Serikat sangatlah ramai.
Untuk melayani pelanggan dalam taksi terbang ini, Uber akan menyediakan ratusan taksi terbang di Dallas.
"NASA sangat antusias bekerja sama dengan Uber," kata Associate Administrator Divisi Penelitian Aeronautika NASA, Jaiwon Shin.
Shin menuturkan, mobilitas udara perkotaan dapat merevolusi mobilitas orang dan kargo. Dengan demikian, tren ini nantinya mengubah gaya hidup manusia, seperti perkembangan teknologi smartphone.
Uber tidak hanya menggandeng NASA saja untuk menyukseskan proyek ini, Angkatan Darat Amerika Serikat juga diajak untuk mengembangkan dan menguji taksi terbang, Lewat kerja sama dengan militer AS itu, Uber akan mengembangkan dan mendanai riset teknologi rotor di lab riset milik Angkatan Darat Amerika Serikat. Uber dan laboratorium riset Angkatan Darat Amerika Serikat menghabiskan US$1 juta dalam mendanai penelitian ini. Pendanaan ini akan dibagi rata antara Uber dengan lanboratorium Angkatan Darat Amerika Serikat.