Nasib Pahlawan WannaCry, Kini Jadi Tahanan Rumah
- www.businessinsider.com
VIVA.co.id – Peneliti keamanan siber asal Inggris yang berhasil menemukan alat pembunuh virus WannaCry, Marcus Hutchins mengaku tidak bersalah atas tuduhan menyebarkan malware pemalak tersebut. Dalam gelar Pengadilan federal di Amerika Serikat, dia dituding bertanggung jawab menciptakan dan menyebarkan malware 'Kronos' yang mengacak-acak perbankan.
Dikutip dari Telegraph, Selasa, 15 Agustus 2017, pemuda berusia 22 tahun itu untuk sementara bisa 'bebas' dengan jaminan US$30 ribu. Selain jaminan itu, pengadilan juga membolehkan Hutchin untuk mengakses internet, sehingga dia bisa bekerja sebagai peneliti keamanan. Pengadilan memerintahkan Hutchins mengenakan GPS dan menjadi tahanan rumah.
Dalam persidangan, pengacara Hutchins, Marcia Hofmann memohon kepada hakim agar membebaskan kliennya dari enam tuduhan terkait pembuatan dan penyebaran malware. Hofmann menegaskan, kliennya akan 'membela diri dengan keras' untuk melawan tudingan yang didakwakan kepadanya.
"Saat bukti tersebut terungkap, kami yakin dia akan sepenuhnya dibersihkan," kata sang pengacara kepada BBC.
Pengacara Hutchins lainnya, Brian Klien mengaku senang dengan keputusan pengadilan untuk mengubah persyaratan jaminan Hutchins, sehingga memungkinkan dia kembali menekuni pekerjaannya.
Begitu mendapatkan haknya untuk mengakses internet, Hutchins mengunggah status di akun Twitternya. Dalam postingannya, dia menyampaikan terima kasih atas dukungan publik selama 11 hari terakhir.
"Saya masih diadili dan belum diperbolehkan pulang. Saya masih berada dalam tahanan rumah tapi untungnya saya diperbolehkan mengakses internet,” ujarnya.
Pengadilan akan menggelar kasus Hutchins lagi pada Oktober. Jika Hutchins diputus bersalah, maka dia terancam akan dihukum bui 40 tahun.
Sebelumnya, Hutchins dicokok FPI saat menghadiri konvensi Black Hat dan Def Con di Las Vegas, 3 Agustus 2017. Pria yang memiliki nama lain 'MalwareTech' ini dituding menjual Kronos di forum pasar gelap AlphaBay seharga US$3 ribu atau Rp40 juta. AlphaBay sendiri telah ditutup otoritas pada bulan lalu.
Pada 11 Juni 2015, sebuah versi dari malware tersebut dibeli seharga US$2 ribu, namun dalam mata uang digital, Bitcoin, yang setara dengan Rp26 juta.
Penyidik AS menyebut Kronos digunakan untuk mencuri data perbankan di Kanada, Jerman, Polandia, Prancis, Inggris dan negara-negara lain.
Sebelumnya, Hutchins mengaku menjadi blogger teknologi sejak meninggalkan bangku sekolah. Ia mengaku berasal dari Inggris dan tidak sengaja telah menghentikan WannaCry dengan mengaktifkan tombol ‘pembunuh’ ransomware tersebut.