Teknologi Mata-mata Tiongkok di Laut China Selatan
- REUTERS/Planet Labs/Handout via Reuters
VIVA.co.id – China dikabarkan sedang membangun jaringan mata-mata bawah Laut China Selatan dengan nilai 230 juta poundsterling atau Rp3,9 triliun.
Pemerintahan Presiden Xi Jinping membangun jaringan tersebut di dasar laut wilayah yang disengketakan, yakni di Laut China Timur dan Laut China Selatan.
Fakta ini membuat sejumlah pihak berspekulasi, China sedang merencanakan untuk merebut lahan baru dan memperluas kehadiran militernya di wilayah konflik tersebut. Laboratorium itu juga dinilai akan memasok informasi pantauan lalu lintas pelayaran dan memeriksa setiap upaya dari negeri lain yang membantah klaim teritorial China di wilayah tersebut.
Mengutip The Australian, Rabu 31 Mei 2017, dalam laboratorium itu, China melengkapinya dengan dengan kamera, sensor dan radar bawah air. Seluruh teknologi ini digunakan untuk memberi laporan ke Shanghai.
Pusat mata-mata bawah air ini akan memberikan laporan 24 jam tiap hari, real time, konten definisi tinggi, dan observasi tiga dimensi.
Sementara stasiun milik nasional, CCTV mengatakan pusat mata-mata itu akan mengantisipasi ketahanan nasional dan peringatan bencana.
Filipina, Indonesia, Taiwan, Vietnam, Brunei dan Malaysia semua membantah klaim teritorial Beijing di Laut Cina Selatan. Akan tetapi Cina terus mengklaimnya dengan menciptakan pulau-pulau buatan, mendirikan bangunan di atasnya dan membangun landasan udara militer.
Dekan jurusan ilmu pengetahuan kelautan dan bumi Universitas Tongji, Shanghai, Jian Zhimin mengungkapkan, pembangunan bawah air tersebut diperkirakan akan memakan waktu lima tahun untuk menyelesaikannya. Ia pun membeberkan peralatan yang nantinya akan ditanamkan di dasar laut.
"Perangkat akan ditempatkan di dasar laut melalui kabel optik. Dengan kata lain, kita akan membangun laboratorium bawah laut untuk mengumpulkan dan mengirim data kembali kepada kita," jelasnya.