Faktor Apa Saja yang Pengaruhi Hilal, Ini Kata BMKG
- Dok. BMKG
VIVA.co.id – Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika menyebut, selain cuaca, faktor geografis sebuah wilayah ikut menentukan kemampuan seseorang untuk melihat kemunculan bulan, atau hilal.
"Yang utama itu cuaca. Lalu, syarat lain untuk melihat hilal adalah tempat tersebut harus memiliki horizon yang bebas, atau luas, tidak ada obstacle, tidak ada hambatan," kata Kepala Sub Bidang Geofisika Potensial dan Tanda Waktu BMKG, Suaidi Ahadi, di Jakarta, Jumat 26 Mei 2017.
Horizon yang luas yang dimaksud adalah gunung maupun pantai. Tetapi, ia menyebut salah satu hambatan utama untuk melihat hilal adalah terjadinya haze, atau cuaca berawan.
Haze secara tradisional, merupakan fenomena atmosfer di mana debu, asap, dan partikel kering lainnya mengaburkan kejernihan langit.
"Masalah utamanya adalah saat matahari terbenam. Biasanya awan-awan berkumpul, atau biasa kita sebut haze. Itu yang sulit. Kalau di Jakarta, sekarang ini posisinya lagi bagus. Rendah hilal di Jakarta 8,25 derajat. Ini pakai mata telanjang juga bisa kelihatan," ujar Suaidi.
Tak hanya itu, ia juga memberikan keterangan resmi mengenai hasil pengamatan hilal yang dilakukan BMKG di 23 lokasi, antara lain Bengkulu, Pantai Anyer Banten, Bukit Bela-Belu DIY, Manado Sulawesi Utara, Palu Sulawesi Tengah, serta Kupang Nusa Tenggara Timur.
"Observasi BMKG menunjukkan hilal terlihat di Manado. Lihat atas panah, jika di-zoom akan tampak selaput putih seperti garis sangat tipis. Itu penampakan hilal bulan baru. Ketinggian hilal di Manado 7,25 derajat," jelasnya. (asp)