Ransomware Merajalela, Microsoft Salahkan Pemerintah AS
- Twitter/@kaspersky
VIVA.co.id – Software berbahaya yang berujung pemerasan (ransomware) yang bernama WannaCrypt menargetkan para pengguna Windows XP. Namun rupanya Microsoft ogah menanggung kesalahan ini sendirian. Mereka pun menyeret pemerintah AS.
Microsoft mengaku telah menambal lubang kerentanan tersebut sejak Maret lalu. Bahkan OS terbarunya, Windows 10 tidak terpengaruh dengan WannaCrypt. Jadi kesalahan sejatinya bukan hanya berada pada pundak Microsoft tapi juga pengguna dan administrator IT yang tidak pernah melakukan pembaharuan pada sistem operasi yang digunakannya.
Dilansir melalui Betanews, selain menyalahkan pengguna, Microsoft juga menyalahkan pemerintah AS. Pasalnya, menurut Microsoft, lembaga pemerintah macam NSA telah mengetahui sejak lama akan adanya exploit ini. Namun mereka tidak memberikan peringatan kepada Microsoft.
"Serangan ini merupakan bukti bahwa aksi pemerintah yang menimbun informasi mengenai kerentanan sebuah teknologi bisa menjadi masalah besar. Exploit itu pun menyebar dan jatuh ke tangan yang salah. Hacker mencuri exploit ini dari NSA dan telah menginfeksi pelanggan di seluruh dunia," ujar President dan Chief Legal Officer Microsoft, Brad Smith.
Saking kesalnya, Smith sampai menyebut jika kejahatan cyber WannaCyrpt itu merupakan keterkaitan antara dua bentuk ancaman keamanan siber yang serius di dunia. Keduanya, yakni aksi pusat nasional dan aksi kriminal terorganisir.
Smith pun mengimbau jika serangan ini bisa dijadikan semacam peringatan dini akan bahaya yang mengancam ke depannya. Dia pun meminta pemerintah untuk mulai peduli dengan keamanan di dunia siber. Bahkan Smith meminta pemerintah untuk membuat aturan terkait kejahatan di dunia maya yang disamakan dengan aturan persenjataan dalam dunia maya.
Ransomware Wannacrypt telah menjadi bencana global. Malware ini mampu meng-enkrip file pengguna untuk kemudian dijadikan sebagai objek pemerasan. Hacker WannaCrypt meminta tebusan dalam bentuk bitcoin dengan nilai sekitar US$300 sampai US$600. Padahal belum tentu si hacker melakukan de-crypt terhadap file atau sistem yang telah mereka kunci. (mus)