Menkominfo Tanggapi Soal Pembinaan Hacker
- Pixabay/Geralt
VIVA.co.id – Polri berencana untuk merekrut hacker, atau peretas remaja, Sultan Haikal untuk membantu tim penegak hukum. Rencana itu direspons positif Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara.
"Bagus itu. Bagus," kata dia, usai deklarasi Asosiasi Media Siber di Gedung Dewan Pers, Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Selasa 18 April 2017.
Rudiantara menuturkan, pelibatan peretas untuk melindungi sebuah sistem institusi, atau perusahaan sudah menjadi hal yang lumrah. Namun, umumnya, pelibatan ini tidak diumbar secara luas ke publik. Untuk di lingkungan pemerintahan dunia, dia yakin pelibatan peretas adalah dalam rangka perlindungan sistem.
"Kalau di pemerintahan, kalau ditanya melibatkan hacker, ya mereka tak akan bicara. Hacker kan bicara soal dunia underground ya," kata dia.
Biasanya, peretas dilibatkan kalangan pemerintah untuk menjaga situs miliknya. Sementara itu, untuk pemerintahan di dunia, memakai jasa peretas untuk melindungi ancaman dari luar.
Sedangkan Direktur Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri, Brigadir Jenderal Polisi Fadil Imran mengatakan, Haikal akan direkrut, namun bukan menjadi anggota Kepolisian. Peretas yang tak sempat tamat SMP ini akan dimanfaatkan keahliannya untuk membantu polisi.
"Dia dibina, supaya tidak direbut organisasi kejahatan. Dia diarahkan ke jalan yang benar, supaya tidak jatuh ke Nigeria, Eropa Timur, atau Taiwan," jelasnya.
Sultan Haikal merupakan peretas asal Tangerang, Banten, yang tertangkap atas peretasan akses situs milik Tiket.com. Remaja ini dianggap merugikan hingga Rp4,1 miliar. Sejumlah barang bukti diamankan dari Sultan Haikal di antaranya, router wifi, sepeda motor, dan buku tabungan dengan saldo Rp212 juta. (asp)