Menkominfo Bingung Basmi Porno di Aplikasi Streaming

Menkominfo Rudiantara
Sumber :
  • VIVA.co.id/Agus Tri Haryanto

VIVA.co.id - Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara angkat bicara mengenai maraknya penggunaan aplikasi live streaming dan chat oleh netizen di Indonesia, misalnya Bigo Live.

Dalam aplikasi tersebut, pengguna yang disebut dengan penyiar, memang rata-rata perempuan dan memungkinkan dapat berinteraksi secara langsung serta menunjukkan kebolehan. Sayangnya, kebanyakan para penyiar itu tidak hanya menunjukkan keahlian tapi tak sungkan menunjukkan area pribadi ke netizen.

Di dunia maya, aplikasi tersebut dikenal dengan 'semi pornografi'.

"Bigo live ini enggak apa-apa (tapi) orangnya ini," kata Rudiantara, ketika mengadakan acara Halal Bihalal Komunitas Telko dan Media di Rumah Dinas Rudiantara, Widya Chandra, Selasa malam, 2 Agustus 2016.

Untuk itu, Kementerian Kominfo belum akan memfilter secara khusus unsur-unsur pormografi yang terdapat di aplikasi video chat secara streaming ini. Rudiantara mengatakan nada pesimis dapat membasminya.

"Secara teknis, saya enggak tahu. Mungkin atau enggak, kemampuan apa yang dibutuhkan. Beda untuk situs yang pakai search engine," ungkap pria yang disapa Chief RA ini.

Dia menjelaskan, dalam hal konten pornografi terdapat di situs, bukan aplikasi, Kementerian Kominfo bisa mengatasinya. Dikarenakan, kata Rudiantara, adegan dewasa tersebut mengandalkan search engine di internet. Terlebih lagi, kalau situs pornografi tersebut menjadi ladang bisnis di negara barat sehingga terus dipromosikan dan bisa ditangkal ketika diakses di Indonesia.

"Kalau situs bisa (difilter), porno di beberapa negara, Amerika misalnya itu jadi industri sendiri dan dipromosikan. Makanya kita bisa kendalikan, cuma datang terus, blok, kontrol, blok, itu yang kita lakukan sekarang. Beda kalau soal radikalisme yang tidak menggunakan identifikasi xxx. Untuk itu, saya beri karpet merah bagi Kapolri, Kepala BNPT, Kepala BIN yang tidak pakai birokrasi, kalau ada penemuan radikalisme, karena radikalisme tidak pakai pola," tuturnya.