Twitter Banjir Akun Palsu Propaganda Brexit

Ilustrasi dukungan agar Inggris keluar dari Uni Eropa.
Sumber :
  • Reuters/Phil Noble

VIVA.co.id – Persaingan opini publik di dunia maya terkait referendum keluar atau tidaknya Inggris dari Uni Eropa (Brexit) ternyata juga berlangsung ‘panas’. Sebab di jagad maya, muncul muncul banyak akun palsu Twitter yang menggalang dukungan kepada kubu Inggris keluar maupun tetap berada dalam Uni Eropa.

Seperti dikabarkan New Scientist, Rabu 22 Juni 2016, peneliti Oxford University, Inggris, Philip Howard dan Bence Kollanyi dari Corvinus University, Hungaria, menemukan banyak akun palsu Twitter terkait propaganda Brexit.

Kedua peneliti mencatat setidaknya dalam periode 5-12 Juni 2016, sudah muncul 1,5 juta cuitan dengan tanda pagar yang terkait dengan Brexit. Dari jutaan cuitan tersebut, 54 persen merupakan pro Inggris keluar dari Uni Eropa sedangkan 20 persen dari cuitan itu mendukung Inggris tetap dalam Uni Eropa.

Tapi sepertiga dari total cuitan itu hanya dihasilkan satu persen dari 300 ribu akun yang menjadi sampel. Dengan demikian, profil itu menunjukkan ada banyak akun palsu yang memposting terkait Brexit.

Kedua peneliti mengatakan, akun palsu pendukung Inggris keluar dari Uni Eropa makin aktif, terlihat memberikan cuitan tiga kali lebih sering dibanding cuitan dari akun palsu yang mendukung Inggris tetap menjadi anggota Uni Eropa.  
 
Peneliti mengkhawatirkan, aktivitas akun palsu tersebut bisa merusak hak pemilih sebelum mereka menyuarakan pilihan mereka pada 23 Juni.

"Kami telah melihat akun palsu muncul dalam 36 jam sebelum pemilihan. Akun palsu tersebut bisa menyebarkan sejumlah besar informasi yang salah," ujar Howard.

Susan Banducci, ilmuwan sosial dari University of Exeter, Inggris mengungkapkan, ia memperhatikan bahwa akun palsu bisa mengendalikan opini jelang referendum.

"Ini merupakan persaingan yang dekat, jajak pendapat dan pasar taruhan saling menunjukkan. Jika orang menunjukkan dukungan Inggris keluar dari Uni Eropa, maka bisa mengarahkan pada sentimen yang bisa mengecilkan pemungutan suara. Saya pikir ini berbahaya," kata

Temuan dua peneliti itu juga dikuatkan dengan hasil dari peneliti kelompok independen pada Sadbottrue.com. Kelompok itu mengidentifikasi tiba-tiba banjir akun yang secara khusus menargetkan referendum Uni Eropa tersebut. Dari temuan kelompok independen itu, hanya 10 persen dari 200 retweet terkait isu Brexit merupakan akun yang betul-betul jelas penggunanya.

Banjirnya akun palsu dalam momentum politik di Inggris bukan baru kali pertama terjadi. Sebelumnya, Lee Jasper, kandidat parlemen Pemilu di London mengakui menggunakan akun palsu Twitter pada 2012.

Sementara peneliti Autonomous University of Querétaro, Meksiko juga mengakui akun palsu juga dikerahkan dalam Pemilu Meksiko.

"Tool digital telah sukses disebarkan oleh Parpol di Meksiko," ujar Emiliano Treré, peneliti Autonomous University of Querétaro dalam laporan Institute of Development Studies Bulletin, Januari tahun ini.

Atas maraknya akun palsu yang mempropaganda suara politik tersebut, Howard mengajak agar masyarakat pemilih untuk cermat dan teliti.

"Untuk memiliki sebuah demokrasi yang sehat, warga negara modern harus sadar informasi mereka dibentuk oleh akun palsu," ujar dia.

(ren)