Indonesia Sudah Masuk Era 'Ekonomi Berbagi'
- Viva.co.id/Sarie
VIVA.co.id – Pola ekonomi berbagi atau sharing economy dianggap sebagai suatu hal yang disruptive bagi sebagian orang namun sebagian lain merasa sebagai solusi. Pihak Telkom justru menganggap jika disruptive yang dimaksud adalah suatu hal yang positif.
Menurut Direktur Innovation and Strategic Portfolio Telkom, Indra Utoyo, era digital membuat hal disruptive menjadi tak terelakkan karena itu justru akan menjadi solusi bagi permasalahan bangsa. Contohnya adalah bisnis digital yang me-disrupt bisnis tradisional, macam ojek yang ter-disrupt oleh aplikasi gojek, atau Triple Play Indihome milik Telkom yang men-disrupt Pay TV.
"Kita sedang bertransformasi dari industry economy ke sharing economy. Menurut beberapa survei, termasuk Nielsen dan KPCB, 87 persen warga Indonesia suka menggunakan produk atau suatu hal yang berasal dari share community. Mau tidak mau, harus ada disruptive untuk bisa terus maju," ujar Indra Utoyo, dalam diskusi di Indonesia Cellular Show, Kamis, 2 Juni 2016.
Angka ini, kata Indra, masih kalah jauh dari China yang sekitar 94 persen warganya, menurut survei, menyukai pola sharing. Sedangkan di bawah Indonesia, ada Slovenia dengan 86 persen dan Filipina sekitar 85 persen.
Sayangnya, kata Indra dalam presentasinya, Indonesia masih terkendala beberapa masalah untuk bisa maju dalam sharing economy. Selain kurangnya infrastruktur broadband, Indonesia masih kurang berperan dan berkontribusi dalam total produktivitas.
"Tantangan dalam sharing economy adalah rasa percaya, baik bagi konsumer dengan penyedia layanan atau sebaliknya. Juga kepercayaan terhadap platform yang digunakan dan orang-orang yang terhubung," katanya.
Namun, Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara, memastikan Indonesia tidak akan ketinggalan di era ini dan akan memacu infrastruktur broadband. Indonesia diyakininya memiliki kemampuan sebagai salah satu energi digital di Asia.
“Kita pastikan tak boleh ketinggalan di era ekonomi digital. Di sisi infrastruktur, pemerintah kebut pembangunan serat optik Palapa Ring agar biaya akses antara Indonesia Timur dan Barat tak timpang. Di perkotaan kita kebut 4G. Kalau infrastruktur kencang, tugas berat itu di aplikasi. Ini mau saya dorong terus agar kita tak ketinggalan,” tegas Rudiantara.
Dikatakannya, salah satu yang didorong pemerintah adalah eCommerce berbasis kerakyatan, membawa sejuta Nelayan dan Petani, serta 8 juta UKM untuk bisa Goes digital.
"Kita mau benefit dari ekonomi digital itu stay di Indonesia,” tegasnya.
Telkom mengakui, digitalisasi dan sharing economy tak bisa ditolak, bahkan oleh pemain sekelas Telkom.
“Kami adopsi juga sharing economy untuk mengakselerasi pembangunan infrastruktur demi efisiensi. Di era digital ini kita masih mencari model bisnis yang membuat sustainability growth,” katanya.
Sementara Ketua Tim Peneliti Smart City ITB Suhono Harso Supangkat mengatakan digitalisasi akan hadir untuk merusak tatanan yang ada tetapi keluar dengan solusi.
“Disruptive for solution ini yang harus dilakukan. Saya lihat sekarang kita baru euforia di kulitnya digital sehingga terkesan disruptive tetapi belum optimal memberikan solusi bagi masalah sosial. Agar disruptive for solution butuh e-leadership,” kata dia.
(ren)