Suntikan Asing ke E-commerce Lokal Dianggap Bukan Ancaman
- Istimewa Alfamart
VIVA.co.id – Februari lalu, pemerintah merevisi Daftar Negatif Investasi (DNI) yang memungkinkan investor asing boleh menguasai hingga 100 persen. Langkah tersebut dinilai tepat, sebab akan membawa perubahan industri e-commerce yang baru menggeliat di Indonesia.
Hal itu disampaikan oleh Direktur Veritrans, Budi Gandasoebrata melalui siaran persnya, Selasa 26 April 2016. Veritrans merupakan penyedia media pembayaran (payment gateway) yang mendukung e-commerce dalam hal pembayaran lebih mudah, serta aman.
"Masuknya investor asing ke dalam industri e-commerce kita, jangan dianggap sebagai ancaman. Tetapi, harus dilihat sebagai kesempatan untuk mendapatkan manfaat. Dari sisi ilmu, atau know-how, kita bisa belajar banyak dari para investor asing ini," kata Budi.
Menurutnya, industri e-commerce di Indonesia perlu investasi asing, karena mendukung dan membuka jalan bagi pemain lokal untuk go international.
Budi mengatakan, suntikan asing itu jangan dilihat dari masuknya investasi dalam bentuk uang semata, tetapi lebih jauh dari itu, pengetahuan dan wawasan mereka juga harus diserap.
Dia berujar, bisnis e-commerce itu tidak mengenal batas wilayah, seperti halnya negara, atau dikenal dengan borderless. Dengan internet, pelaku e-commerce Indonesia bisa mengembangkan bisnisnya ke tingkat global.
Budi mengambil contoh salah satu e-commerce lokal yang mendapatkan investasi perusahaan ekuitas swasta dari investor Amerika Serikat. E-commerce tersebut mendapat modal dalam bentuk uang, serta mendapat jaringan ke para insinyur perusahaan tersebut.
"Investor asing tersebut biasanya memiliki in-house engineer, jadi e-commerce kita bisa berkonsultasi langsung dengan para engineer di Amerika. Ini salah satu keuntungan besar yang bisa didapatkan pemain lokal, apabila mendapatkan investor asing,” jelas Budi.
Sambutan positif terhadap para investor asing tidak dimaksudkan untuk mengesampingkan peran investor lokal. Budi berpandangan, di Indonesia memang sudah hadir beberapa investor lokal yang mampu memberi bantuan permodalan bagi e-commerce lokal.
E-commerce lokal pasti menang
Tetapi, investor lokal biasanya masih di tahap awal, atau masih di level C dan belum sebesar investor asing. Belum banyak investor lokal yang bisa memberi konsultasi untuk masalah engineering, SDM, aspek legal, atau keuangan.
"Investor di Indonesia yang bisa memberikan konsultasi di bidang-bidang tersebut belum begitu banyak. Jadi, yang dicari dari investor asing memang bukan uangnya, tetapi apa yang mereka bisa berikan ke e-commerce lokal," ungkapnya.
Investor asing, bagi Budi, hanyalah jalan untuk membantu membesarkan e-commerce lokal. Contoh paling jelas, menurut Budi, adalah Jack Ma dengan Alibaba-nya yang begitu mendominasi di China.
"Di balik kesuksesan itu sebenarnya ada peran Soft Bank Japan dan Yahoo dari Amerika," ujarnya.
Meski demikian, Budi menegaskan, pemain e-commerce lokal akan menjadi raja di dalam negeri. Rasa optimistis itu datang didasarai pemain lokal yang lebih tahu akan kebiasaan masyarakat sekitar, budaya yang hidup, kebiasaan, serta kemampuan untuk memahami tuntutan dan kebutuhan pasar lokal.
"Bagaimana keperluan bisnis di negara asal, pasti pemain lokal yang akan menang," ucapnya. (asp)