Ini Alasan Anak Sembunyikan Aktivitas Online dari Orangtua

Ilustrasi anak bermain ponsel.
Sumber :
  • Pixabay

VIVA.co.id – Kaspersky Lab menemukan fakta aktivitas online yang disembunyikan anak dari orangtuanya. Hasil survei ini bisa jadi bekal bagi orangtua untuk memastikan buah hati dibesarkan dalam lingkungan yang aman tanpa mengganggu privasi mereka.

Berdasarkan survei yang dilakukannya bersama lembaga iconKids & Youth hampir setengah anak-anak (44 persen) merahasiakan aktivitas dunia mayanya dari orangtua. Hal tersebut disinyalir bentuk masa pertumbuhan anak yang semakin dewasa, sehingga mereka menutup keterbukaannya kepada orangtua.

Pada usia 8-10 tahu,n hanya sepertiga (33 persen) dari anak-anak yang tidak memberitahu orangtua mereka tentang insiden di web. Dan, jumlah itu meningkat menjadi 51 persen untuk remaja berusia 14-16 tahun. Kaspersky menyebutkan banyak orangtua dari anak-anak yang ‘tidak komunikatif’ tersebut terus mengabaikan apa yang anak-anak mereka hadapi ketika online.

"Semakin berbahaya aktivitas online, orangtua cenderung kurang mencari tahu mengenai hal itu. Misalnya, 56 persen dari ayah dan ibu tidak tahu apa-apa mengenai jumlah aktual waktu anak-anak mereka di internet. Sementara itu, hampir 70 persen tidak tahu tentang unduhan ilegal, atau cyberbullying," ujar Kaspersky lewat siaran persnya, Jumat 15 April 2016.

Fakta lainnya, anak-anak tidak hanya berdiam diri tentang perilaku online yang dilarang, tetapi mereka juga mengambil langkah-langkah untuk melewati kontrol orang tua. Disebutkan, satu dari tiga anak (30 persen) mengakui hal ini.

Kaspersky mengatakan, mereka menggunakan sandi pada perangkat mereka yang orangtuanya tidak mengetahuinya, mereka online ketika orang dewasa tidak ada, menghapus sejarah aktivitas online mereka dan lainnya.

"Selain itu, satu dari tujuh (14 persen) menggunakan program khusus yang dapat menyembunyikan aplikasi yang mereka bukan," ungkap Kaspersky.

Pada saat yang sama, banyak anak-anak menyatakan mereka tidak melakukan apapun untuk melewati perangkat lunak kontrol orangtua. Bahkan, tiga perempat anak-anak (75 persen) merasa terbantu, jika orangtua berbicara dengan mereka mengenai ancaman siber. Dan hal tersebut, merupakan bantuan besar bagi orangtua yang ingin melindungi anak-anak mereka di mana pun mereka berada.

"Itulah mengapa sangat penting bagi orangtua untuk mengetahui lebih lanjut tentang ancaman online, meningkatkan ketangkasan (dunia) maya mereka sendiri dan untuk membangun kepercayaan dengan anak-anak mereka untuk menjadi bagian dari kehidupan mereka, baik ketika anak-anak sedang online, atau offline," tutur Senior Advisor di European Schoolnet, Janice Richardson. (asp)