Iklan Digital Tumbuh Pesat, Regulasi Belum Ada
Rabu, 8 Juli 2015 - 14:30 WIB
Sumber :
- ADI
VIVA.co.id
- Secara global, di tahun 2016, pengeluaran iklan digital akan melampaui US$100 miliar dan berkontribusi sekitar 50 persen dari keseluruhan iklan digital untuk pertama kalinya. Artinya, ada kenaikan sekitar 430 persen untuk pengeluaran iklan di tablet dan ponsel, menjadi US$101,3 miliar, dibanding tahun 2013.
Ini merupakan data riset dari eMarketer. Perusahaan itu juga mengungkap jika pasar iklan digital di Indonesia akan meningkat pesat dari US$12 juta menjadi US$1,4 miliar. Ini menjadikan Indonesia menduduki posisi 12 di tahun 2018, atau naik 9 posisi dari nomor 21 di 2013 lalu.
Data ini membuktikan betapa iklan digital, khususnya di ponsel dan tablet telah menjadi primadona industri iklan secara keseluruhan. Tercatat beberapa perusahaan iklan digital bertebaran di Indonesia, termasuk Adplus, AdStar sampai Ambient Digital Indonesia (ADI). Untuk yang terakhir, perusahaan ad-network itu mengaku fokus pada iklan video, khususnya di smarthone dan tablet.
Baca Juga :
"Tantangannya, belum banyak regulasi mengatur iklan di internet atau online. Beda dengan siaran TV dan broadcasting lainnya. Tapi ADI sebagai perusahaan video periklanan digital lokal pertama akan mengikuti aturan pemerintah dalam hal penayangan,” jelas Lupker, dalam keterangannya, Rabu 8 Juli 2015.
Lupker mengklaim ADI merupakan perusahaan pertama yang menggunakan sistem iklan video di Indonesia. Konsep ini dimaksudkan untuk menjangkau sasaran yang tepat melalui iklan video menggunakan teknologi 'audience targeting'.
"Dengan kekuatan data, iklan video hanya muncul untuk pemirsa dengan profil yang cocok. Ini mengurangi gangguan kepada mereka yang masuk ke dalam suatu situs. Saat ini beberapa klien kami antara lain Unilever, P&G, HSBC, Microsoft, Sampoerna, Indosat, dan semua iklan trailer film dari Hollywood & Warner Bros untuk mempromosikan iklan mereka," jeas Lupker.
Teknologi lainnya yang dimiliki ADI adalah pengaturan jadwal penayangan iklan melalui sistem sehingga jam tayang iklan bisa diatur sedemikian rupa. Ini dianggap Lupker sebagai salah satu cara juga untuk mendukung kampanye internet sehat yang digalakkan pemerintah.
"Pasar iklan digital sangat cepat di Indonesia. Omset kami naik 200 persen dibanding tahun lalu. Target tahun depan, tergantung kondisi ekonomi nanti. Bagaimanapun, iklan digital merupakan prospek yang bagus," kata dia.
Meski pesaing ada beberapa namun Lupker mengakui jika kompetitor terberat ADI adalah YouTube. Pasalnya, iklan di Youtube bisa terlihat secara global. Namun hal ini dianggap sebagai hal yang baik bagi Lupker karena meski iklan ADI hanya muncul di situs lokal yang bekerja sama namun sifatnya multiple site dan membantu situs lokal mendapatkan pendapatan lebih banyak. Tidak heran jika perusahaan teknologi, vendor smartphone macam Oppo ikut tertarik menjajal jaringan iklan video ADI.
"Progres ambient sendiri terus berkembang pesat. Tahun lalu menjangkau lebih dari 150 juta pengguna. Dan jaringan Iklan (ad network) terbesar lokal dan regional terbesar untuk pemakaian berdasarkan dengan permintaan iklan. Akhir tahun lalu meluncurkan teknologi audience targeting. Dan awal tahun 2015 meluncurkan Iklan video di handset mobile dan tablet. Dan kini Lebih dari 50 Juta iklan video ditayangkan dalam jangka waktu 1 bulan," tutur Lupker.
Sayangnya, Lupker mengakui jika harga untuk iklan video masih cukup mahal. Lupker menganggapnya sebagai iklan premium karena model penerapan tarifnya berbeda dengan iklan banner biasa.