NSA Susupi Semua 'Software' Antivirus Ternama
Selasa, 23 Juni 2015 - 15:25 WIB
Sumber :
- REUTERS/Mark Blinch/Files
VIVA.co.id
- Mantan kontraktor Badan Keamanan Nasional Amerika Serikat (NSA) Edward Snowden, membocorkan dokumen terbaru mengenai aksi 'nakal' yang dilakukan oleh NSA. Tertulis, NSA telah menyusup ke semua
software
antivirus populer untuk melacak pengguna dan meretas jaringan.
Diberitakan
Tech Times , Selasa, 23 Juni 2015, perangkat antivirus yang diincar oleh NSA mulai dari Kaspersky Lab, Avast, Eset, F-Secure, sampai Bit Defender. Setidaknya ada 23 perusahaan antivirus yang telah ditargetkan namun Kaspersky menjadi target utamanya.
Menariknya, tak disebutkan jika NSA mengincar antivirus seperti Symantec, McAfee, atau Sophos. Ditengarai karena Symantec dan McAfee berasal dari negeri Paman Sam dan Sophos berasal dari Inggris.
Dalam aksinya itu, NSA bekerjasama dengan Badan Intelijen Britania Raya (GCHQ).
"Produk keamanan pribadi, seperti perangkat lunak antivirus Rusia Kaspersky terus menimbulkan tantangan untuk CNE (Computer Network Exploitation). Kemampuan GCHQ dan SRE sangat penting, agar dapat memanfaatkan perangkat lunak tersebut untuk mencegah deteksi kegiatan kami," begitu yang tertulis dalam surat permintaan yang dikeluarkan GCHQ.
GCHQ dan NSA berusaha menyusupi keamanan Kaspersky melalui teknik yang disebut dengan rekayasa perangkat lunak terbalik atau SRE. Setelah masuk maka nantinya NSA akan mempelajari dan menemukan titik lemah software Kaspersky.
Selain itu juga, kedua intelijen tersebut ingin mencuri informasi sensitif yang berkaitan dengan pelanggan Kaspersky melalui servernya. NSA menilai perusahaan antivirus mendapat kepercayaan kepada para pelanggannya.
Mendengar aksi penyusupan ini, pihak Kaspersky merasa heran kenapa pihak pemerintah malah menargetkan perusahaan antivirus, bukannya menyasar kelompok yang benar-benar jahat yang ingin menumbangkan sistem keamanan.
"Namun, ini bukan kejutan. Kami telah bekerja keras untuk melindungi pengguna kami dari semua jenis musuh, termasuk penjahat siber atau operasi mata-mata yang disponsori negara," ujar Kaspersky dalam pernyataannya.