Kaspersky: DDoS Hantam 76 Negara
- kaspersky
VIVA.co.id - Dalam statistik terbarunya, Kaspersky Lab mengungkap kejahatan siber pada kuartal pertama tahun ini meningkat pesat dibandingkan 2014. Disebutkan, pada saat ini setidaknya ada 76 negara yang menjadi korban dari serangan Distributed-Denial-of-Services (DDoS).
Kaspersky menyebutkan, pada kuartal pertama 2015 terdapat 23.095 serangan DDos pada 76 negara. Dibandingkan 2014, serangan serupa hanya menyerang 66 negara. Artinya, serangan DDos ini meningkat 16 persen.
Diketahui, serangan DDoS merupakan jenis serangan ke komputer atau server di dalam jaringan internet. Serangan tersebut berupaya untuk menghabiskan sumber (resources) yang dimiliki komputer tersebut, sehingga perangkat elektronik ini fungsinya tidak akan berjalan dengan benar.
"Serangan DDoS ini biasanya merupakan sebuah tindakan lintas negara. Maksudnya adalah pelanggan berada di suatu negara, sedangkan pelaksana berada di negara lainnya, server C&C di-host di negara ketiga, dan bot yang terlibat dalam serangan DDoS tersebar di seluruh dunia," ujar Head of DDoS Protection Kaspersky Lab, Evgeny Vigovsky dalam keterangannya, Senin, 8 Juni 2015.
Kaspersky menjelaskan, meningkatnya serangan siber tersebut diakibatkan adanya bantuan dari botnet pada web resources yang terletak di 76 negara. Setidaknya, serangan botnet ini mengagresi hingga enam hari lamanya.
Maka secara total, bila dipaparkan lebih lanjut, serangan terbesar pada sebuah resources di periode pertama tahun ini sebanyak 21 kali. Artinya ada dua serangan setiap pekannya.
Perusahaan asal Rusia ini mencatat, server di Amerika Serikat, Kanada, dan Tiongkok adalah yang paling sering diincar. Sementara itu, 10 korban teratas juga berasal dari wilayah Eropa dan Asia-Pasifik.
Kaspersky mengungkapkan, Amerika Serikat dan Tiongkok menempati posisi teratas akan serangan DDoS dikarenakan harga yang relatif murah untuk web hosting di kedua negara ini. Bahkan, sebagian besar pusat data berada di sana.
"Seringkali hal ini membuat segala sesuatunya menjadi lebih rumit untuk bisa menyelidiki serangan tersebut, menghentikan botnet, dan menangkap aktor yang bertanggung jawab atas serangan," tuturnya.
Walaupun, dia menambahkan, penjahat cyber tidak membatasi toolkit DDoS mereka hanya pada botnet. Namun, botnet masih merupakan sebuah alat yang luas dan berbahaya dalam penggunaannya.
"Oleh karena itu diperlukan tindakan perlindungan preventif dari target potensial, yaitu web resources," katanya.
Untuk mengatasi serangan DDoS tersebut, Kaspersky menganjurkan penggunaan solusi keamanan yang memang didedikasikan khusus menyaring permintaan sampah penjahat cyber dari lalu lintas web yang sah. Salah satu solusinya dengan Kaspersky DDoS Protection.
Kaspersky mengklaim dengan menggunakan solusinya, maka pengguna akan aman dari serangan DDoS. Sebab, solusi keamanan Kaspersky DDoS Protection menggabungkan keahlian perusahaan yang telah terbukti berhasil dengan teknologi in-house seperti DDoS Intelligence.
DDoS Intelligence adalah sistem yang menganalisis informasi yang dikirim dari server C&C ke botnet, dan bertujuan untuk meningkatkan perlindungan terhadap serangan DDoS. Statistik Kaspersky Lab pada aktivitas botnet di Q1 disusun berdasarkan data yang dikumpulkan oleh DDoS Intelligence. (art)