Debat Sengit Yahoo-NSA soal Pengawasan Digital

Direktur NSA Michael Rogers
Sumber :
  • REUTERS/Joshua Roberts/Files

VIVA.co.id - Program pengawasan digital Badan Keamanan Nasional AS (National Security Agency/NSA) memang menjadi momok bagi perusahaan teknologi dunia dalam beberapa tahun terakhir.

Program rahasia yang akhirnya satu demi satu terbongkar, mengancam informasi privasi pengguna para pelanggan perusahaan teknologi. Tak heran, Google, Apple, Yahoo dan lainnya sampai hari ini terus kencang mengkritik langkah NSA itu.

Belum lama ini, perwakilan Yahoo hadir dalam satu forum dengan NSA, dalam agenda keamanan cyber di Washington, AS. Tentu saja, forum ini menjadi debat panas antara keduanya.

Melansir Wall Street Journal, Selasa, 24 Februari 2015, Yahoo diwakili Kepala Keamanan Informasi, Alex Stamos sementara NSA diwakili langsung oleh direkturnya, Michael Rogers.

Debat sengit dibuka oleh Stamos yang meminta ketegasan NSA, apakah Yahoo harus memenuhi permintaan negara dunia untuk memasang 'backdoor' pada sistem perusahaan.

"Sepertinya Anda setuju dengan Direktur FBI, bahwa kami harus membangun kerusakan dalam enkripsi produk kami, sehingga pemerintah AS dapat membongkar enkripsi," kata Stamos mulai memojokkan NSA.

Mendengar ocehan Yahoo itu, Rogers langsung memotong pembicaraan Stamos.

"Itu akan menjadi karakterisasi Anda," tegas Rogers.

Mendengar jawaban sang direktur itu, Stamos balik bertanya, jika Yahoo memberikan akses ke NSA untuk informasi penyadapan data pengguna, maka otomatis negara lain akan memaksa perusahaannya untuk melakukan hal yang sama.

Rogers pun tak mati kutu. Ia yakin pemberian akses 'bisa dicapai' dengan landasan kerangka hukum, sehingga NSA bisa mengakses informasi terenkripsi tanpa merusak program perusahaan keamanan.

Dalih itu langsung diserang dengan skeptis oleh Stamos.

"Nah, apakah Anda percaya kami harus membangun backdoor untuk negara-negara lain?" tanya Stamos.

Kemudian Rogers menimpali Stamos dengan menekankan kerangka hukum yang membolehkan NSA mengakses informasi penting harus diuji terlebih dahulu pada pembuat kebijakan, sebelum dilakukan ke NSA.

"Anda (perusahaan teknologi) kan  tidak ingin FBI dan NSA secara sepihak memutuskan apa yang boleh dan tidak secara sepihak, iya kan?" jawab Rogers.

Debat itu kembali mewarnai kehadiran NSA dalam isu penyadapan. Belum lama ini, NSA kembali membetot perhatian dunia teknologi. Laporan teranyar, NSA bersama mitra intelijen asal Inggris, GCHQ, mencuri informasi dari Gemalto NV, produsen kartu SIM besar dunia asal Belanda.

Baca juga: