NSA: Peretas Sempat Sembunyi 2 Bulan di Jaringan Sony
Senin, 19 Januari 2015 - 15:48 WIB
Sumber :
- REUTERS/Mario Anzuoni
VIVA.co.id
- Badan Keamanan Nasional Amerika (National Security Agency/NSA) ternyata telah lama menyimpan informasi terkait jaringan Korea Utara. Mereka mengatakan mendapatkan sinyal adanya serangan terhadap Sony Pictures.
Dilansir melalui
New York Times
, Senin, 19 Januari 2015, dokumen rahasia NSA tersebut dipublikasikan oleh laman
Der Spiegel
. Di dalamnya terdapat pernyataan dari mantan pekerja di departemen luar negeri Amerika.
Badan mata-mata Amerika itu telah bekerja setidaknya selama empat tahun belakangan untuk menyusup ke dalam jaringan Korea Utara, berikut juga dengan Tiongkok dan Malaysia. Laporan itu secara jelas memberikan alasan kuat mengapa Amerika dengan cepat menyalahkan Korea Utara.
"
Para peretas itu sangat hati-hati dan sabar. Mereka awalnya hanya ingin memeras namun kemudian pernyataan Obama yang menyalahkan Korea Utara menjadi pengalihan isu
," tulis laporan tersebut.
Dalam penyerangan Sony, para peretas mencuri sejumlah terabytes data dokumen yang sensitif, termasuk keterangan gaji 6.000 karyawan, email internal, salinan keterangan pers, dan personal data karyawan. Mereka juga merusak ribuan komputer perusahaan melalui penyebaran
software
berbahaya yang destruktif untuk menghapus data-data yang ada.
Pada awal Januari, FBI mengaku melacak alamat IP
hacker
Sony dan mendapatinya terkait dengan koneksi internet dari Korea Utara. NSA sendiri mengaku jika sebelum serangan berlangsung, mereka menemukan adanya
e-mail phishing
yang dikirim ke Sony pada awal September.
E-mail phishing
biasanya mencoba menyusupkan softwareBaca Juga :
Tak lama kemudian NSA menyadari bahwa Korea Utara telah mencuri data penting administrator Sony. NSA percaya bahwa para
hacker
telah bersembunyi selama dua bulan di dalam jaringan Sony, memetakan sistem, mengidentifikasi file-file penting dan merencanakan untuk menghancurkan komputer di perusahaan itu.
Ini merupakan kedua kalinya Amerika menyalahkan negara lain karena serangan
cyber
. Pada 2014, pengadilan menuntut lima anggota tentara Tiongkok karena dituduh mencuri data rahasia Amerika selama 8 tahun. Tiongkok menyangkal tuduhan itu.
Baca juga: