Borong Senjata Api di Internet Ternyata Murah
VIVAnews - Apabila Anda teroris, gerilyawan, atau pelaku penembakan premiere film The Dark Knight Rises, internet bisa menjadi tempat berbelanja senjata. The Armory menjadi contoh toko online besar untuk perdagangan senjata. Tanpa pengawasan ketat pemerintah Amerika Serikat, laman ini 100 persen legal.
Sebelum dituduh menembak kerumunan penonton bioskop Aurora, Colorado, Amerika Serikat, James Holmes tidak melanggar hukum. Sebelumnya dia hanya seorang pria yang mengumpulkan berbagai senjata api, aksesoris menembak, dan penimbun ratusan hingga ribuan peluru. Untuk menyusun skenario pembunuhan massal, ternyata dia hanya butuh waktu, uang, dan kemampuan memahami internet.
Dengan mengetik kata yang tepat di mesin pencari Google, Anda bisa mulai berbelanja senjata. Kata kunci seperti "buy bulk ammo" ("membeli amunisi massal"), "100-round magazine" ("magasin 100-round"), dan "body armor" ("rompi anti peluru") bisa mengantar Anda menemukan laman yang tepat.
Hasil pencarian ini akan menunjukkan pedagang senjata online yang siap menghubungi Anda. Ini berbeda dengan situs The Armory yang memerlukan piranti lunak dengan enkripsi dan menjaga kerahasiaan. Entah belum ada hukum yang mengatur atau diabaikan, berbelanja pasokan senjata hanya butuh beberapa klik saja. Langkah mudah ini bisa mengantar senjata ke depan pintu rumah hanya dalam hitungan hari.
Selayaknya toko online, toko senjata ini pun menawarkan harga diskon. Misalnya, penjual senjata online BudsGunShop.com. Toko ini menjual senjata api semi otomatis Adcor Defense B.E.A.R. hanya seharga US$1.500 (Rp14,298 juta), lebih murah dibanding di pasaran. Bahkan, ongkos kirim gratis untuk penduduk Amerika Serikat.
Dengan anggaran lebih rendah, Anda bisa mendapatkan pistol semi otomatis yang serupa senjata perang tentara AS di Irak seharga US$500 (Rp4,766 juta). Bermodal yang sama, Anda juga bisa membeli senjata "Joker" Holmes, Glock 17. Tersangka penembakan itu membawa dua pistol Glock 17 dengan senapan
Remington 870 seharga US$325 (Rp3.097.900).
Toko online akan mencatat data kartu kredit dan alamat pengiriman. Dealer senjata berlisensi pemerintah (FFL) masih diperlukan sebagai lapisan pengamanan. Tapi, sebagian besar pedagang senjata online ini sudah menyiapkan daftar dealer yang bisa dipilih. Pedagang online akan mengirim senjata ke dealer sebagai perantara. Dealer akan mengambil komisi.
Anda hanya perlu datang ke dealer untuk pengecekan data nomer telepon dan latar belakang melalui internet. Pengecekan latar belakang ini hanya sekitar 30 detik. Jika tidak ada catatan kejahatan, Anda bebas melenggang. Apabila membeli dalam jumlah banyak, Anda tinggal bolak-balik saja ke dealer.
Ben Van Houten dari Pusat Hukum untuk Pencegahan Kejahatan Bersenjata menjelaskan betapa mudahnya senjata ini bisa diambil.
"Di bawah hukum federal, tidak ada periode tunggu dalam perdagangan senjata. Dealer dapat memberikan langsung senjata api ke pembeli setelah dia lolos pengecekan latar belakang catatan kriminal. Hukum federal juga tidak membatasi jumlah pistol yang bisa dibeli satu orang dalam periode tertentu," ujar Van Houten seperti dilansir dari Gizmodo.
Hukum federal AS juga tidak meminta dealer senjata api melaporkan penjualan senjata dalam jumlah besar. Artinya, warga AS bebas membeli senjata di internet dalam jumlah besar dengan ongkos kirim gratis.
Apabila Anda menemukan orang yang ingin menjual senjatanya, ini akan lebih mudah. Kendati tidak memiliki lisensi, penjual perorangan ini bebas berjualan tanpa dikenakan hukum federal. Penjual perorangan ini dinilai pemerintah AS tidak terlibat bisnis perdagangan senjata. Mereka dianggap pemilik hobi mengumpulkan senjata saja. Membeli senjata dari koleksi pribadi orang seperti ini tidak perlu pengecekan.
Celakanya, pemilik hobi mengumpulkan senjata ini bisa dengan mudah ditemui menjual senjata di Craigslist. Bahkan, Anda bisa mencarinya di Facebook.
Aksi serupa James Holmes yang membunuh 12 orang diperkirakan menghabiskan dana US$5.922 (Rp56.448.504). Ini berkat diskon besar-besaran toko online. Jauh lebih murah dibanding perhitungan CBS, US$15.000 (Rp142,98 juta). Dengan bermodal sekitar US$6.000 (Rp57 jutaan) dan koneksi internet, kejahatan yang mengguncang AS ini bisa terulang kembali.