Planet Kontroversial Ditemukan
- Pixabay
Jakarta, VIVA – Para ilmuwan menggunakan Teleskop Hubble yang canggih untuk mengamati exoplanet tertua yang diketahui di luar angkasa. Itu 20 tahun silam.
Bagaimana raksasa gas ini, yang massanya sekitar 2,5 kali massa Jupiter, bisa terbentuk kurang dari 1 miliar tahun setelah Big Bang, justru membingungkan mereka.
Dunia ini, yang berjarak sekitar 5.600 tahun cahaya di konstelasi musim panas Scorpius, berusia lebih dari dua kali lipat usia Bumi.
Keberadaannya bertentangan dengan gagasan yang diterima secara umum tentang bagaimana alam semesta berevolusi.
Namun, kini, studi baru yang menggunakan pengamatan Teleskop James Webb yang memiliki sensor inframerah hasil kerja sama NASA dengan mitranya dari Eropa dan Kanada, mengungkap wawasan tentang bagaimana pembentukan planet mungkin terjadi sejak lama, bahkan di sekitar bintang-bintang primitif ketika alam semesta awal.
"Model saat ini memprediksi bahwa dengan sedikitnya unsur yang lebih berat, cakram (material pembentuk planet) di sekitar bintang memiliki masa hidup yang pendek, bahkan sangat pendek sehingga planet tidak dapat tumbuh besar," kata Elena Sabbi, peneliti NOIRLab milik National Science Foundation, seperti dikutip dari Mashable.
Tim Teleskop James Webb bermaksud mempelajari cakram planet awal dengan menyasar Awan Magellan Kecil - galaksi kerdil dekat Bima Sakti.
Cakram planet adalah awan gas dan debu yang mengelilingi bintang muda yang pada akhirnya dapat menyatu membentuk dunia bayi. Di dalam galaksi tersebut terdapat gugusan bintang yang sangat padat, yang dijuluki NGC 346.
Karena gugusan tersebut kekurangan banyak unsur yang lebih berat — gugusan tersebut hanya memiliki sekitar 10 persen unsur yang lebih berat yang menyusun Matahari — para ilmuwan menggunakannya sebagai pengganti kondisi alam semesta awal.
Para ilmuwan lalu mensurvei 10 bintang dalam gugusan tersebut dan menemukan bahwa, bahkan pada usia tua, mereka masih memiliki cakram yang besar.
Pemikiran sebelumnya adalah bahwa bintang-bintang primitif ini akan kehilangan cakram ringan mereka dengan cukup cepat, setelah hanya dua atau tiga juta tahun. Temuan tim tersebut telah dipublikasikan di The Astrophysical Journal.
"Kami melihat bahwa bintang-bintang ini memang dikelilingi oleh cakram dan masih dalam proses melahap materi, bahkan pada usia yang relatif tua, yakni 20 atau 30 juta tahun," jelas Guido De Marchi, pemimpin studi yang berbasis di Pusat Penelitian dan Teknologi Luar Angkasa Eropa di Belanda.
Hal ini, lanjut dia, menyiratkan bahwa planet memiliki lebih banyak waktu untuk terbentuk dan tumbuh di sekitar bintang-bintang tersebut.
Inti bintang dianggap sebagai pabrik unsur. Inti bintang juga menghasilkan karbon, misalnya, zat kimia yang sama yang menjadi dasar manusia dan sebagian besar kehidupan di Bumi.
Kemudian, melalui ledakan supernova, inti bintang menyebarkan unsur-unsur yang lebih berat ini, seperti kalsium yang ditemukan dalam tulang dan zat besi dalam darah, melintasi ruang antarbintang. "Nah, penyebaran ini menghasilkan generasi bintang dan planet baru," paparnya.