Ada Campur Tangan Gempa Bumi dari Proses Terbentuknya Emas
- Pixabay
Jakarta, VIVA – Para ahli geologi telah mengetahui selama puluhan tahun bahwa emas terbentuk di kuarsa atau mineral dengan bantuan gempa Bumi. Akan tetapi, mereka sekarang juga mengetahui dengan pasti bagaimana gelombang seismik menyebabkan terbentuknya bongkahan emas raksasa.
Emas terbentuk secara alami di kuarsa — mineral paling melimpah kedua di kerak Bumi setelah feldspar. Namun, tidak seperti jenis endapan emas lainnya, endapan yang ditemukan di kuarsa sering kali mengelompok menjadi bongkahan emas raksasa.
Bongkahan emas ini mengapung di tengah apa yang disebut oleh para ahli geologi sebagai urat kuarsa, yaitu retakan pada batuan yang kaya akan kuarsa yang secara berkala dipompa penuh oleh cairan hidrotermal dari dalam kerak Bumi.
"Emas terbentuk di kuarsa sepanjang waktu. Yang aneh adalah pembentukan bongkahan emas ini sangat besar. Kami tidak tahu bagaimana itu terjadi dan bagaimana Anda mendapatkan sejumlah besar emas untuk dimineralisasi di satu tempat kecil yang tersembunyi," kata Geolog dari Universitas Monash, Australia, Chris Voisey, seperti dikutip dari situs Live Science, Kamis, 5 September 2024.
Cairan hidrotermal membawa atom emas dari dalam dan membilasnya melalui urat kuarsa, yang artinya, emas secara teoritis akan tersebar merata di celah-celah daripada terkonsentrasi menjadi bongkahan emas.
"Bongkahan emas ini sangat berharga dan mewakili hingga 75 persen dari semua emas yang pernah ditambang," jelas dia. Dua petunjuk terpisah membantu Voisey dan rekan-rekannya memecahkan misteri bongkahan emas.
Pertama, bongkahan emas terbesar terdapat pada endapan emas orogenik, yang merupakan endapan yang terbentuk selama gempa Bumi. Kedua, kuarsa adalah mineral piezoelektrik yang bisa menciptakan muatan listriknya sendiri sebagai respons terhadap tekanan geologis, seperti tekanan yang dihasilkan oleh gempa Bumi.
Voisey juga menemukan bahwa gempa Bumi memecah batuan dan mendorong cairan hidrotermal ke dalam urat kuarsa, mengisinya dengan emas terlarut. Sebagai respons terhadap tekanan gempa Bumi, maka urat kuarsa secara bersamaan menghasilkan muatan listrik yang bereaksi dengan emas, sehingga menyebabkannya mengendap dan mengeras.
"Jika Anda benar-benar menyatukannya maka hasilnya akan sangat rapi," ungkapnya. Emas terkonsentrasi di titik-titik tertentu karena 'emas yang terlarut dalam larutan akan lebih baik mengendap pada butiran emas yang sudah ada sebelumnya'.
Emas, lanjut Voisey, pada dasarnya bertindak sebagai elektroda untuk reaksi lebih lanjut dengan mengadopsi tegangan yang dihasilkan oleh kristal kuarsa di dekatnya.
Artinya, dalam urat kuarsa, emas membeku menjadi gugusan yang membesar setiap kali terjadi gempa Bumi. Endapan emas orogenik terbesar yang ditemukan hingga saat ini beratnya sekitar 60 kilogram (130 pon). Untuk menguji gagasan ini, maka Voisey dan para peneliti mensimulasikan efek gempa Bumi pada kristal kuarsa di laboratorium.
Mereka menenggelamkan kristal dalam cairan yang mengandung emas dan mereplikasi gelombang seismik untuk menghasilkan muatan piezoelektrik. "Percobaan ini menegaskan bahwa di bawah tekanan geologis, kuarsa dapat menghasilkan tegangan yang cukup besar untuk mengendapkan emas dari larutan," tuturnya.