Manusia Tak Bisa Ngeles dari Nyamuk

Ilustrasi nyamuk.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Andrew Tito

Jakarta, VIVA – Manusia tidak bisa menghindar dari nyamuk. Meski di ruangan gelap. Serangga penghisap darah itu akan terus mengganggu manusia lewat dengungannya.

Lantas, bagaimana nyamuk menemukan manusia dalam keadaan gelap? Para peneliti dari Universitas California Santa Barbara (UCSB), Amerika Serikat (AS) menjawab pertanyaan tersebut.

Mereka membuktikan bahwa nyamuk memiliki 'kekuatan super' untuk mengidentifikasi mangsanya di malam hari.

Nyamuk dapat melihat cahaya inframerah (IR) dari panas tubuh manusia. Cahaya ini memungkinkan mereka untuk menentukan lokasi mangsanya dan kemudian merencanakan serangan.

Yang menjadi masalah ada nyamuk menyebarkan banyak penyakit menular, termasuk demam berdarah dengue (DBD), demam kuning, Zika, dan malaria.

Anopheles gambiae misalnya, spesies yang bertanggung jawab atas lebih dari 400 ribu kematian manusia setiap tahunnya akibat malaria.

Para peneliti UCSB juga menganalisa kemampuan nyamuk Aedes aegypti, spesies yang bertanggung jawab atas lebih dari seratus juta kasus DBD, demam kuning, dan Zika setiap tahunnya.

Mereka menemukan bahwa kedua nyamuk tersebut dapat mendeteksi IR saat berburu di malam hari, dan menjelaskan bagaimana hal itu terjadi.

Mereka menduga nyamuk Aedes aegypti dapat melihat cahaya inframerah, sehingga mereka merancang sebuah eksperimen untuk membuktikannya.

Para peneliti pun menempatkan nyamuk betina dalam sebuah kandang dan kemudian mengembangkan dua zona untuk memantau aktivitas mereka.

Yang pertama menggunakan sensor pemancar inframerah yang memancarkan energi pada suhu kulit manusia, dikombinasikan dengan keberadaan karbondioksida (CO2) pada konsentrasi yang diembuskan dan bau manusia. Zona kedua tidak memiliki sumber inframerah.

Tidak mengherankan, sebagian besar nyamuk akan menuju ke zona yang memancarkan cahaya inframerah pada suhu sekitar 34 derajat Celcius atau suhu kulit manusia.

Nyamuk dapat melihat cahaya IR hingga 70 cm (2,5 kaki). Para peneliti juga menjelaskan mengapa penelitian sebelumnya gagal mengidentifikasi kemampuan nyamuk.

Serangga penghisap darah ini menggunakan informasi dari berbagai isyarat. Mereka mencari cahaya inframerah, kadar CO2, dan bau badan. Percobaan yang hanya melibatkan cahaya IR tidak akan menghasilkan hasil yang sama.

Lebih jauh, UCSB berteori bahwa cahaya IR akan bergerak melalui udara dalam bentuk gelombang elektromagnetik dan kemudian mengenai neuron penginderaan panas yang letaknya di ujung antena nyamuk, seperti dikutip dari situs BGR, Kamis, 29 Agustus 2024.

Namun, sensor itu tidak cukup kuat untuk memungkinkan Aedes aegypti melihat IR dalam gelap hingga 70 cm.

Mereka berteori bahwa nyamuk itu mungkin memiliki protein tertentu dalam keluarga rhodopsin yang berfungsi sebagai detektor suhu, bukan cahaya.

"Hanya itu yang dibutuhkan nyamuk untuk menemukan Anda dalam kegelapan. Mereka akan terbang ke sana kemari hingga mereka dapat menangkap sinyal IR, kemudian mereka akan menyerang Anda," demikian menurut para peneliti UCSB.

Temuan ini mungkin lebih penting di wilayah subtropis dan tropis tempat nyamuk seperti Aedes aegypti banyak bermukim. Namun, kini, spesies itu ditemukan di wilayah lain, termasuk California.