Menguak Faktor Awal Gangguan Jiwa Menurut Ahli
- YouTube
Jakarta, VIVA – Gangguan jiwa merupakan masalah kesehatan yang kompleks dan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor dari masa awal kehidupan seseorang.
Dalam sebuah podcast yang diunggah di kanal YouTube Raditya Dika baru-baru ini, Dokter Elvine Gunawan, seorang spesialis kejiwaan, memberikan pandangannya mengenai bagaimana gangguan jiwa dapat dimulai dari proses yang berlangsung sejak dalam kandungan.
"Proses perjalanan gangguan jiwa itu dimulai dari perut emaknya," Dokter Elvine Gunawan, dikutip dari YouTube, Senin 26 Agustus 2024.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa perkembangan saraf dan neurologis pada janin paling pesat terjadi selama sembilan bulan di dalam kandungan. Selama periode ini, kualitas gizi yang diterima oleh ibu hamil sangat mempengaruhi perkembangan otak anak.
"Kebayang enggak sih kalau emaknya misalnya tidak siap secara ekonomi buat memberikan gizi baik buat anak-anaknya, karena gizi itu sangat penting untuk janin di dalam kandungan," ujarnya.
Menurutnya, gizi yang kurang dapat mempengaruhi kepadatan neuron dalam otak anak. Dr. Gunawan juga menjelaskan bahwa momen attachment, atau hubungan emosional antara ibu dan janin, sangat penting.
"Jika tidak dilakukan, enggak bakal ada tuh momen attachment itu, jadi anak sebenarnya sudah bisa merasakan apakah dia dicintai atau tidak sejak dari perut emaknya," jelasnya.
Ketidakcukupan gizi dan kurangnya hubungan emosional positif dapat menyebabkan dampak jangka panjang pada kesehatan mental anak.
Lebih lanjut, Dr. Gunawan menyebutkan bahwa kondisi rumah tangga juga memainkan peranan penting dalam perkembangan mental anak.
"Kalau di rumah kayak perang dunia, kan kebayang ya, jainnya cuma bisa mendengar suara tangisan emaknya. Nanti ketika tumbuh kembang, kita tahu bapak ibunya sering berantem, keluarga pembentukannya kan," ujarnya.
Konflik dan ketidakstabilan dalam lingkungan keluarga dapat memperburuk kondisi mental anak yang sedang berkembang.
Raditya Dika kemudian menanyakan tentang bagaimana dampak masa kecil yang penuh kekerasan bisa mempengaruhi anak pada tahap-tahap perkembangan selanjutnya, seperti masa toddler dan golden period.
"Ya, hadir dengan masa-masa kekerasan seperti itu, dan akan menyebabkan penurunan sinaps otak sarafnya," ujarnya. Penurunan jumlah sinaps ini dapat berlanjut hingga masa remaja, di mana ia menyebutkan bahwa secara fisiologis memang tidak sempurna.
Menurut Dr. Gunawan, gangguan jiwa yang muncul pada masa remaja sering kali merupakan hasil dari akumulasi masalah yang dimulai sejak dalam kandungan dan diperburuk oleh pengalaman masa kecil.
"Tinggal meletak tinggal telur pecah sih, sebenarnya," tuturnya, menambahkan bahwa kondisi mental seseorang bisa sangat rapuh jika tidak mendapatkan dukungan dan lingkungan yang stabil sejak dini.